BICC Harus Jadi Atraksi Bagi Kekuatan Hub Singapura
Harapan besar muncul terhadap Batam International Culture Carnival (BICC) 2018. Perhelatan yang masuk ke dalam Calender of Event Kementerian Pariwisata itu diharapkan jadi atraksi unggulan bagi pintu masuk wisatawan di Kepulauan Riau, Batam.
"Ini event yang peluangnya berkembang besar. Kami tetapkan sebagai Calender of Event juga karena di sini ada kekuatan besarnya masuk wisatawan dari Singapura. Seperti kita tahu semua bahwa, Kepri atau Batam adalah lokasi yang cocok untuk kedatangan Hub Singapura," ujar Ketua CoE Kemenpar, Esthy Reko Astuti di acara jumpa pers BICC di Nagoya Hotel, Batam.
Acara BICC sendiri dilaksanakan dari tanggal 8 hingga 9 Desember 2018 di Batam, Kepri. Lebih lanjut Esthy mengatakan, secara wilayah Batam sangat seksi bagi wisatawan mancanegara. Maka dari itu, ini menjadi salah satu kekuatan BICC untuk terus berkembang dari tahun ke tahun. Sebab di pariwisata, salah satu faktor yang penting adalah proximity atau kedekatan, baik jarak maupun budaya. Maka, Singapura menjadi target market yang ideal bagi event BICC.
Terlebih, bukan hanya orang-orang Singapura yang bisa dijaring, ekspatriat yang bekerja di sana juga masuk dalam target, baik dari China, India, maupun negara lain di dunia. Ini merupakan alasan pentingnya Kepri untuk menjaring wisatawan asal Singapura yang juga terlihat dari data di Kemenpar yakni 70% wisman masuk melalui Kepri.
"Sedangkan 30% nya masuk ke destinasi lainnya. Oleh karena itu, Singapura menjadi market yang strategis buat event ini, karena Singapura sudah menjadi Hub (penghubung, red) bagi negara lain," ungkap Esthy.
Wanita yang juga menjabat sebagai Staff Ahli Menteri Bidang Multikultural itu menjelaskan bahwa pasar Singapura memang sangat menggoda buat Indonesia.
Estimasi jumlah orang asing yang masuk via bandara Singapura atau Hub Singapura selama 12 bulan terakhir mencapai 12 juta pax. Rinciannya, 32% dari ASEAN minus Indonesia, 22% dari China-Hong Kong, 17% dari Asia-Pasifik, 14% dari Asia Tengah, MEA, Afrika dan sisanya dari Eropa dan Australia.
"Sementara wisman ke Indonesia yang transit di bandara Singapura jumlahnya tidak sampai 700 ribu. Artinya, peluang kita untuk menggaet wisman yang jumlahnya sekitar 11 juta lebih itu masih terbuka luas, kita bisa boyong wisatawan dari Singapura ke Kepri ini. BICC diharapkan menjadi agenda yang ditunggu-tunggu mereka," tambah Esthy.
Wanita yang murah senyum itu menambahkan, transportation hub adalah bagian dari tourism hub. Dengan demikian, orang yang datang di Singapura bisa dialirkan ke Indonesia, dia juga tak melihat Singapura sebagai pesaing.
"Maka dari itu kami sudah mempersiapkan 6 kurator untuk calender event di 2019 mendatang. Kurator itu yang nantinya akan menentukan layak atau tidaknya sebuah event. Isinya para tokoh di berbagai bidang dan ahli," kata Esthy.
Esthy saat jumpa pers juga ditemani salah satu kurator Kemenpar ternama tanah air. Dia adalah Dynand Fariz. Selain Kurator CoE Kemenpar, dia adalah perancang busana. Dynand tercatat sebagai penggagas sekaligus pendiri Jember Fashion Carnaval.
"Kepri itu harus merasa beruntung. Karena punya lokasi yang sangat strategis bagi pintu masuk pariwisata Indonesia. Saya berharap di kemudian harinya BICC harus memiliki waktu yang pasti, agenda yang valid di tahun selanjutnya. Karena itu akan memudahkan wisatawan untuk datang ke Carnival kita karena sudah memiliki agenda yang pasti. Saya yakin BICC akan semakin besad," kata Dynand yang hari itu membawa 12 peraga Jember Fashion Carnival yang hadir ke BICC.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengucapkan terima kasih kepada semua unsur yang terlibat dalam Calender of Event di Semua daerah. Menteri asli Banyuwangi itu selalu menegaskan bahwa sebuah event harus dibuat dengan standart internasional. Harus pasti. Harus terjadwal dengan baik.
"Selain nantinya tim promosi kami mudah mempromosikannya, juga wisatawan bisa mengagendakan kedatangannya dengan baik ke event tersebut. Sukses untuk Batam Internasional Culture Carnival 2018," kata Menpar Arief Yahya.(*)