Bicara Etika Ekonomi Islam, Ini Ide Din di Qatar
Din Syamsuddin berpendapat, agama, khususnya Islam, berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Timur Tengah. Namun, sayangnya, belum maksimal diperankan sebagai faktor pendorong ekonomi.
"Islam di Timur Tengah belum ditampilkan sebagai sumber etika pembangunan ekonomi, seperti etika Protestan yang telah mendorong kemajuan Eropa dan etika Konghucu yang sekarang ditengarai menjadi faktor pendorong kebangkitan China dan Asia Timur," tuturnya, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Selasa 6 November 2018.
Hal itu, menurut Din, karena keberagamaan umat Islam di kawasan itu berkutat pada keyakinan dan peribadatan, belum menjadi paradigma etika. Selain itu, umat Islam belum berhasil merebut supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti pada abad-abad pertengahan yang membawa Dunia Islam (Arab dan Persia) menjadi pemegang supremasi peradaban dunia.
"Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maka mustahil umat Islam meraih kemajuan," kata Din Syamsuddin.
"Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maka mustahil umat Islam meraih kemajuan," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2015 ini.
Din Syamsuddin yang Chairman of Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) diundang untuk berbicara pada Konferensi “Enriching the Middle East’s Economic Future” di Doha, Qatar, pada 30-31 Oktober 2018.
Konferensi diselenggarakan Kementerian Luar Negeri Qatar bersama UCLA Centre for Middle East Development. Din berbicara bersama tiga tokoh lain dengan moderator Prof Steven Spiegel, Director of UCLA CMED dan pakar politik Timur Tengah dari Amerika Serikat.
Pada bagian lain, Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini menyebut, negara-negara Arab terjebak pada egosentrisme primordial etnik (clanship) sehingga kurang mampu menampilkan Islam sebagai faktor pemersatu di antara mereka. Padahal Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin.
Selain menjadi pembicara kunci pada pembukaan, Guru Besar Politik Islam Global di FISIP dan Program Pascasarjana UIN Jakarta ini menjadi salah seorang panelis pada Sesi bertajuk “How International Understanding Can Help Economic Development”.
Pada kesempatan ini, Din meminta Dunia khususnya Barat memandang kondisi Timur Tengah sebagai dinamika dan tidak menjadikannya sebagai sasaran Proxy War. Konflik di Timur Tengah pasti akan membawa resonansi ke Dunia Islam dan dunia pada umumnya.
Selain menghadiri forum tersebut, Din Syamsuddin juga menyempatkan diri bersilaturahim bersama para tokoh masyarakat Indonesia di Wisma KBRI Doha, dan terlihat dalam diskusi hangat yang dimoderatori oleh Dubes Basri Sidehapi.(adi)