Bibit Awan Minim, Modifikasi Cuaca Sulit Dilakukan di Jatim
Musim kemarau yang disertai anomali el nino benar-benar berdampak. Pasalnya, cuaca panas yang sangat terasa di Jawa Timur. Tak hanya suhu yang panas, tapi juga kekeringan lahan pertanian yang membuat banyak petani gagal panen, hingga kebakaran hutan dan lahan.
Menanggapi hal itu, Pemprov Jatim sebelumnya sudah mengajukan ke BNPB untuk melalukan modifikasi cuaca. Namun, upaya itu sampai kini masih sulit dilakukan.
Berdasar pantauan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda menyebutkan, sampai saat ini pertumbuhan bibit awan yang menjadi syarat utama modifikasi cuaca masih sangat minim.
"Kalau kita lihat belum. Karena kita lihat sampai Oktober dasarian dua pertumbuhan bibit awan konvektif ada, tapi masih sangat minim," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, Teguh Tri Susanto kepada Ngopibareng.id, Jumat 13 Oktober 2023.
Pertumbuhan awan konvektif, kata Teguh, akan banyak terjadi di masa peralihan. Sesuai prediksi BMKG, masa peralihan akan terjadi pada awal hingga pertengahan November 2023 nanti.
"Kalau prakiraan awal musim hujan mundur 2-3 dasarian, November dasarian kedua (tanggal 20 November) sampai Desember baru ada beberapa daerah," pungkasnya.
Dengan informasi cuaca tersebut, BMKG kembali menyerahkan semua kebijakan pada pemerintah sesuai dengan kebutuhan.
Ia juga mengimbau kepada pemerintah untuk melakukan upaya-upaya lanjutan atas apa yang sudah dilakukan. Seperti bantuan penyaluran air bersih dan water boombing terhadap kejadian kebakaran hutan.
Advertisement