Bianglala: Pameran Seni Rupa Anak-Remaja
Bianglala atau ‘dermulen’ dalam kata Jawa merupakan wahana permainan yang diperuntukkan terutama bagi anak-anak sampai remaja. Namun juga disukai semua kalangan. Terdiri dari kumpulan potongan besi yang dirakit berfungsi sebagai tempat duduk berbentuk lingkar, menjadi rangkaian roda besar berputar-bersamaan dalam porosnya melalui tenaga listrik.
Keunikan dari diksi yang terdiri dari dua suku kata yakni ‘biang’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti ‘induk’, dan ‘lala’ yang dalam kata benda berarti ‘siput’, sedangkan kata sifat seperti ‘me-lala’ berarti ‘menelentang’. Dari makna kata tersebut tidak ada kaitan baik secara filosofis dan bentuk fisik. Kehadirannya yang langkah pun membuat ‘binglala’ sangat dinantikan penikmatnya.
Namun berbeda dengan ‘bianglala’ dalam versi seni rupa anak-remaja sebagai tema pameran seni rupa pelajar yang diinisiasi oleh Mbah Gatot dan Iron Supaley selaku pengelola Sanggar Lukis Potelot Konte. Figur Mbah Gatot selain sebagai seniman tulen, juga sebagai Dewan Penasihat dan Iron Supaley sebagai anggota dalam satu kelompok seni yaitu Komunitas Guru Seni dan Seniman Pasuruan (KGSP). Tentu sebagai solmate, mereka juga sama-sama mendedikasikan kiprahnya meramaikan ke-seni rupa-an sejak dini dikalangan anak-anak sampai remaja.
Pentingnya pendidikan seni rupa bagi anak-remaja tidak hanya sebatas pelampiasan untuk mengisi waktu kosong. Melainkan juga sebagai terapi dalam membentuk perasaan estetik. Artinya dapat melatih kepedulian anak terhadap objek-objek lingkungan untuk diolah melalui kreasi rupa. Juga berfungsi untuk membentuk keseimbangan: melalui kreasi rupa dapat melahirkan karya-karya ilmiah sesuai tingkatan usia dan pengalaman anak.
Menggambar juga dapat sebagai penunjang pertumbuhan. Artinya melalui menggambar, intelektual anak akan tergugah untuk mengembangkan nilai-nilai lokal atau tradisioal dengan memilah dalam memadukan media terkini sebagai inovasi.
Sebagaimana keunikan pada sebuah bianglala, pun demikian dengan segala keunikan kreativitas dunia anak-remaja pelajar yang selalu dinantikan. Bianglala kini telah menjadi wahana edukasi dan kreasi untuk mengasah keterampilan dibidang seni rupa. Tidak hanya untuk mengaktualisasi diri bagi peserta didik Sanggar Potelot Konte dari hasil belajar menggambarnya, pameran ini juga memberi ruang bagi anak-remaja untuk berekspresi, berkomunikasi sesuai gaya-dunianya kepada masyarakat di dunia yang lebih luas dengan segala hiruk pikuknya.
Menghadirkan beragam corak rupa anak-remaja mulai dari usia 2 tahun sampai kurang lebih 15 tahun. Kalangan pelajar mulai tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas dari berbagai sekolah yang berpusat di Kota Pasuruan. Terdapat juga peserta dari luar Kota Pasuruan. Kelugasan dan kemurnian ide tergambar jelas pada karya-karya yang ditampilkan. Baik yang dikerjakan secara mandiri maupun kolektif.
Sebanyak 77 karya beragam media mulai kanvas dan kertas berukuruan pada umumnya kurang lebih 60x70 cm ini dikerjakan dengan apik. Beragam tehnik lukis dan drawing dengan pensil warna, crayon, cat akrilik dan cat minyak memberi kesan visual semakin asik. Sebagai representasi anak-remaja dalam belajar, berekspresi, bermain, berfikir, melihat, mendengar, menirukan, mengingat, bersikap, sampai berinteraksi dengan lingkungan terdekatnya.
Terungkap melalui pemilihan objek visual dengan ke-khasan dunia anak-remaja seperti gambar figuratif, pemandangan alam, kereta, hewan, bunga-bunga, benda-benda, menyemarakkan display ruang pamer. Bertemakan lingkungan, nasionalis, kebudayaan semakin memperkaya keceriaan karya. Kejutan melalui goresan-goresan lugas-spontan, gambar-gambar ekspresif dengan menampakkan simbol-simbol pada dua dimensi sampai tiga dimensi. Seperti terdapat pada karya peserta dari dataran tinggi Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan. Juga pada karya anak difabel dari Probolinggo yang menjadikan pameran ini patut disimak lebih dekat.
Pameran seni rupa anak-remaja pelajar yang akan digelar pada tanggal 24 sampai 26 Maret 2022 di Gedung Uniwara Kota Pasuruan ini telah ke-dua kalinya diselenggarakan oleh Sanggar Lukis Potelot Konte setelah yang pertama digelar di Perpustakaan Kota Pasuruan beberapa tahun lalu.
Pada pembukaan ‘bianglala’ pameran seni rupa anak-remaja pelajar akan dimeriahkan dengan penampilan seni pertunjukan dari berbagai kalangan pelajar. Perhelatan yang akan berlangsung selama tiga hari tersebut nantinya juga diramaikan dengan adanya lomba menggambar untuk pelajar se-Kota Pasuruan. Pencapaian yang luar biasa tersebut seakan mengajak masyarakat agar lebih menyimak-memahami bahwa ada sesuatu yang istimewa dari anak-remaja dengan segala pernak-perniknya untuk diapresiasi. Sebagaimana puisi Kahlil Gibran tentang anak yang bertulis:
Anak adalah kehidupan,
Mereka sekedar lahir melaluimu tetapi bukan berasal Darimu.
Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,
Curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan Pikiranmu
karena mereka Dikaruniai pikiranya sendiri
Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya,
Karena jiwanya milik masa mendatang
Yang tak bisa kau datangi
Bahkan dalam mimpi sekalipun
Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah
Menuntut mereka jadi seperti sepertimu.
Sebab kehidupan itu menuju kedepan, dan
Tidak tengelam di masa lampau.
Kaulah busur,
Dan anak – anakmulah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menantangmu dengan kekuasaan-Nya,
hingga anak panah itu meleset,
jauh serta cepat.
Meliuklah dengan sukacita
Dalam rentangan Sang Pemanah,sebab Dia
Mengasihi anak- anak panah yang meleset laksana kilat,
Sebaimana pula dikasihiNya busur yang mantap
(Yudha Prihantanto, penulis dan pegiat teater)