Betapa Aneh Menjadi Bijak atau Egois, Pesan Islam Saat Pandemi
Menjadi Bijaksana
Seorang bijak-bestari mengatakan :
"Seseorang akan dibimbing Tuhan menuju tingkat spiritualitas lebih tinggi melalui pengalaman krisis dukacita yang mendalam, asal bisa menjalaninya dengan sabar dan tulus."
"Orang bijak adalah putra sang waktu. Jika dia membiarkan waktu berlalu, dia kehilangan banyak kebaikan. Dan ia tumbuh dan berkembang dari waktu. Jika dia menyia-nyiakannya dia tak akan menjumpainya untuk selamanya."
KH Husein Muhammad menyampain pesan-pesan kebaikan pada saat yang tepat. Ketika banyak orang tak memikirkan terlebih dulu yang akan diungkapkan, baik lewat ucapan atau pun lewat tulisan.
Berikut lanjutan dari tausiyah Sang Kiai Pesantren:
Betapa Anehnya
Manusia dianugerahi Tuhan rasa senang pada hal-hal atau sesuatu yang baru. Baju baru, sepatu, rumah, kendaraan, hp, teman, pasangan hidup baru, dll. Tetapi tidak untuk pikiran baru. Untuk hal ini sebagian orang tak ingin, bahkan membencinya.
Mereka membenci kreativitas atau inovasi dan memandangnya sebagai kesesatan atau bahkan kekafiran yang akan mengantarkan ke neraka jahanam. Padahal pikiran itulah yang bisa menghasilkan hal-hal dan sesuatu yang baru yang diidamkan, dirindukan dan diperjuangkan dengan gigih itu. Betapa anehnya manusia itu ya?
Egois
Hampir setiap hari kita mendengar, membaca dan menyaksikan dengan mata kepala kematian manusia :ۢ keluarga, kekasih, teman sahabat, dan lain-lain. Kematian yang banyak itu, berdasarkan analisis medis, sebagian besar akibat terinfeksi virus misterius bernama Covid-19. Belakangan jumlahnya makin banyak. Rumah sakit penuh dan tak lagi bisa menampung korban virus mematikan itu.
Peristiwa kematian masif seperti ini jarang sekali terjadi dalam berabad sejarah dunia.
Pemerintah menyerukan dan membuat aturan pencegahan melalui apa yang disebut sebagai 5 M :
Memakai masker,
Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir,
Menjaga jarak,
Menjauhi kerumunan, serta
Membatasi mobilisasi dan interaksi.
Menghadapi Fakta, Akankah Kita Tak Percaya?
Tetapi sebagian manusia tidak percaya pada realitas atau fakta tersebut, bahkan menganggapnya sebagai kebohongan dan bikinan orang "kapir". Mereka menolak kebijakan pemerintah tersebut seraya menyatakan bahwa kematian itu hanya di tangan Allah. Jangan takut pada virus. Takutlah kepada Allah. Tuhan.
Mereka tak punya pikiran bahwa mereka bisa membuat orang lain sakit atau mati, jika tanpa perlindungan dari, melalui 5 M tadi. Gus Mus, ulama besar dan panutan itu menyebut mereka itu, dengan nada intonasi tinggi, sebagai manusia Egois.
Tetapi manakala mereka atau anak mereka atau orang yang dicintainya sakit, mereka mencari dokter, ke puskesmas, ke Rumah Sakit atau bahkan ke dukun dengan ekspresi psikologi galau, cemas atau duka. Seraya siap membayar berapa pun, meski dengan menjual harta miliknya, atau bahkan hutang ke mana-mana, termasuk rentenir, atau online.
Mereka berharap kepada orang-orang yang dihubungi tersebut agar dirinya atau anaknya tidak mati dan kembali sehat.
Betapa selalu saja ada manusia yang aneh atau nyelenehya?.
Dalam Diriku Ada Dirimu
Saat aku melepas anak-anak ku kembali ke rumah masing-masing dan mencari dirinya sendiri, bersama orang-orang yang dicintainya, di tempat yang jauh, aku merasa kehilangan.
Lalu aku menyenandungkan puisi Al-Hallaj, sufi martir ini :
و الله ما طلعت شمس و لا غربت
إلا وحبك مقرون بأنفاسي
Sungguh
Pada setiap matahari terbit dan tenggelam
Cintaku kepada-Mu menyertai tiap embusan nafasku
ولا جلست إلى قوم أحدثهم
إلا وأنت حديثي بين جلاسي
Pada setiap saat aku berbicara dengan orang lain
Sesungguhnya Engkaulah teman bicaraku
ولا ذكرتك محزونا ولا فرحا
إلا وأنت بقلبي بين وسواسي
Saat aku menyebut-Mu dalam suka dan dalam duka
Tak ada dalam relung hatiku kecuali Engkau.
ولا هممت بشرب الماء من عطش
إلا رأيت خيالا منك في الكاسِ
Saat aku haus
Aku tak melihat air dalam gelas itu
Kecuali bayangan Diri-Mu
Demikian serpihan catatan KH Husein Muhammad.