Besar Jumlah Kader Harus Diimbangi Militansi. Ini Kritik untuk NU
"Jika ditemukan kebaikan di NU, maka harus ditingkatkan. Sebaliknya, bila ada kekurangan maka harus ditinggalkan. Karena hakikinya tidak ada makhluk yang sempurna". - KH Ali Makki Zaini
Nahdlatul Ulama yang didirikan 31 Januari 1926 memiliki jumlah pengurus dan anggota yang demikian banyak. Jenjang struktural dari mulai kepengurusan pusat hingga ranting, bahkan di luar negeri pun ada. Namun sayang, eksistensi jamaah yang demikian besar dalam jumlah tidak diimbangi dengan militansi kader. Sehingga kelemahan organisasi demikian terasa.
KH Ali Makki Zaini mengungkapkan hal itu, saat memberikan sambutan di acara hari lahir (harlah) ke-68 Fatayat NU di Masjid Agung Baiturrahman, Ahad (6/5). Dalam pandangan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, harus ada perbaikan agar kondisi seperti ini tidak terulang.
"Ini sangat terlihat, bagaimana sebagian jamaah terbuai dengan harapan palsu dari suatu kelompok hanya untuk kepentingan pribadi, bukan jamaah,” katanya. Jarang sekali ada jamaah yang mengedepankan kepentingan organisasi NU, kecuali hanya beberapa gelintir. Ini terlihat dalam kondisi tertentu, lanjut Gus Makki, sapaan akrabnya
Dia menambahkan, sebab lemahnya militansi kader adalah rendahnya kepercayaan wali santri untuk mendidik anaknya di madrasah atau sekolah yang didirikan Lembaga Pendidikan Ma'arif NU.
"Seyogianya, mulai sekarang setiap kader ,harus mempercayakan pendidikan anak keturunan pada lembaga pendidikan milik NU,” katanya.
Jika sudah terlanjur anaknya tidak sekolah di madrasah, masih ada cucu dan seterusnya. Lepas cucu, juga masih ada kesempatan cicitnya dan seterusnya. “Tidak ada alasan untuk meningkatkan militansi dalam setiap waktu," tegas Gus Makki.
Pada kesempatan harlah, dirinya mengajak semua pihak untuk introspeksi. “Sejauh mana masing-masing meningkatkan kebaikan di bawah panji NU ini,” sergahnya.
Dalam pandangannya, jika ditemukan kebaikan di NU, maka harus ditingkatkan. “Sebaliknya, bila ada kekurangan maka harus ditinggalkan. Karena hakikinya tidak ada makhluk yang sempurna," pesannya.
Acara ini juga ditutup dengan pemberian ijazah oleh KH Ali Makki Zaini kepada ratusan kader Fatayat NU yang hadir. Yakni pada kesempatan tersebut, ia mengajak hadirin membaca Surat al-Fatihah. Saat pembacaan lafadz wa iyyaka nasta'in dibaca sebelas kali, dilanjutkan berhenti sejenak untuk menyampaikan seluruh hajat kepada Allah SWT. “Insyaallah segala hajat dimudahkan dan dikabulkan,” pungkasnya. (adi)