Bertindak Anarkis pada Bulan Puasa, Ini Keprihatinan PBNU
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj mengungkapkan, para santri dan warga NU di berbagai daerah dan pesantren di Indonesia, meramaikan bulan suci Ramadhan dengan khusyuk dan aktif pengajian, termasuk pengajian kitab kuning.
Kiai Said menyebutkan di salah satu pesantren di Cirebon, Jawa Barat, ada santri yang telah mengkhatamkan pengajian kitab kuning sebanyak lima jilid.
"Sementara di Jakarta, umat Islam yang mengaku membela Islam, justru melakukan aksi demonstrasi yang berujung dan diwarnai dengan tindakan anarkis, hinga menimbulkan kerugian," tutur Kiai Said, saat Peringatan Nuzulul Qur'an dan Buka Puasa Bersama di Pelataran Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat, Kamis 23 Mei 2019, petang ini.
Fenomena ini mengundang keprihatinan PBNU. Pasalnya, bulan suci Ramadhan yang seharusnya diisi dengan usaha-usaha untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, sementara ada pihak yang melakukan sebaliknya.
Kiai Said menjelaskan dengan peristiwa tersebut, semangat beragama dan berbangsa warga NU sudah tepat.
Kiai Said juga mengkritisi maraknya ustadz-ustadz dadakan. Para ustadz yang aslinya berprofesi sebagai artis, dengan alasan hijrah lalu mengubah penampilan dengan dandanan islami. Satu dua ayat yang mereka kuasai, lalu dijadikan keberanian menyatakan diri sebagai ustadz.
Hal ini sangat berbeda dengan tradisi NU, di mana seorang kiai atau ustadz, akan lebih dulu menempa diri dengan beragam pengetahuan keagamaan, sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mengaji.
Selain warga dan pengurus NU, buka puasa tersebut juga dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mustasyar PBNU KH Ma'ruf Amin, dan sejumlah menteri serta pejabat. (adi)
"Fenomena ini mengundang keprihatinan PBNU. Pasalnya, bulan suci Ramadhan yang seharusnya diisi dengan usaha-usaha untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, sementara ada pihak yang melakukan sebaliknya."
Advertisement