Bertemu Tokoh PCNU se-Madura Pasca-Pilpres, Ini Pesan Gus Yahya
Katib Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, dalam setiap peradaban, NU selalu terdepan dalam menjalankan perannya. Sejarah telah membuktikan itu, bagaimana peran KH Hasyim Asy’ari saat mengusir penjajah dengan fatwa Resolusi Jihad-nya.
"Penumpasan gerakan makar PKI tahun 1965 dan berbagai gerakan yg menggangu hubungan berbangsa, NU selalu hadir meyelesaikan problematikanya,” tutur Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang.
Pengalaman sejarah inilah yang harus dijadikan referensi oleh kiai-kiai NU saat ini. Karena NU sudah cukup memiliki pengalaman dan panduan untuk tetap menjadi yang terdepan dalam mengawal peradaban menjadi lebih manusiawi. Sehingga para kader NU bisa benar-benar menjadi penentu arah dan tujuan dari peradaban masa depan.
Gus Yahya, panggilan akrabnya, bertemu dengan sejumlah tokoh dan pimpinan PCNU se-Madura di Bangkalan, Selasa 23 April 2019. Hal itu merupakan ikhtiar untuk merekatkan kembali warga NU pasca-Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
"...dunia hari ini menghadapi berbagai dinamika peradaban. Krisis ekonomi dampak dari perang dagang Internasional telah memimbulkan korban terpuruknya negara negara yang tidak mampu mengelola dinamika dalam negerinya," kata KH Yahya Cholil Staquf.
Sebelumnya, Gus Yahya juga melakukan dialog di Pesantren Sidogiri Pasuruan, bertemu dengan tokoh Muhammadiyah Jawa Timur dan aktivis FPI. Dalam perjalanannya, Gus Yahya juga menemui Komunitas Terong Gosong di Mojokerto.
Selain itu, Gus Yahya juga bersilaturahmi ke Kediri. Di antarnya, ke kediaman Rais Syuriah PWNU Jatim KH M Anwar Manshur di Lirboyo dan KH Anwar Iskandar. Tak lupa, Gus Yahya juga melakukan ziarah ke Makam KH Hasyim Asy'ari, KH Wahid Hasyim dan KH Abdurrahman Wahid, di kompleks Makbaroh Pesantren Tebuireng Jombang.
Pada kesempatan itu, Gus Yahya juga mengingatkan, dunia hari ini menghadapi berbagai dinamika peradaban. Krisis ekonomi dampak dari perang dagang Internasional telah memimbulkan korban terpuruknya negara negara yang tidak mampu mengelola dinamika dalam negerinya.
Venezuela misalnya, negara ini masih belum mampu bangkit dari keterpurukan runtuhnya nilai mata uang, hingga masyarakat Venezuela memilih sistem barter dalam transaksi ekonominya.
“Masalah Ideologi juga menjadi sebuah masalah tersendiri dalam peradaban dunia saat ini. Gejolak perang di Timur Tengah yang kita tidak pernah tahu kapan perang itu akan di akhiri,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan, tentang pentingnya kita bersyukur berada di negara Indonesia. Di mana peradaban kemanusiaan dari abad ke abad selalu mengarah pada peradaban yang manusiawi (Peradaban yang baik).
“Semenjak zaman Majapahit, Wali Songo, Jaman Kolonial, Orde Lama, Orde Baru, Hingga orde Reformasi saat ini, peradaban bangsa kita masih ada di trak yg terkendali,” imbuhnya.
Menurutnya, semua itu tidak lepas dari peran Wali Songo, Pangeran Diponegoro pada zaman Kolonial, hingga KH Hasym Asy’ari di masa akhir penjajahan dan awal orde lama. (adi)
Advertisement