Bertemu Prabowo-Gibran, Rektor Unair Sebut Hanya Bahas Nasib Pendidikan Tinggi
Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Mohammad Nasih, beserta jajaran pejabat rektorat lainnya telah menemui presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Rombongan Unair bertemu di kediaman pribadi Prabowo, Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
Saat dikonfirmasi mengenai maksud serta tujuan kedatangan Nasih dan jajarannya bertemu Prabowo-Gibran, dirinya menegaskan pertemuan semata-mata hanya membahas mengenai ekosistem pendidikan tinggi di tanah air.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair itu mengungkapkan, pihaknya menyampaikan ide dan gagasan mengenai problem tingginya pembayaran uang kuliah tunggal (UKT). Juga karena minimnya jangkauan pemerintah terhadap nasib universitas dan pendidikan tinggi secara keseluruhan.
"Kita hanya membahas bagaimana agar kuliah ini lebih murah kedepannya, sehingga muncul ide gagasan bagaimana peran pemerintah pusat ini akan lebih banyak nantinya di perguruan tinggi negeri. Kita banyak bicara itu agar solusi kedepannya, biaya yang ditanggung para peserta didik ini tidak tinggi," ucap Nasih, Jumat 14 Juni 2024.
Nasih beserta pejabat rektorat Unair lainnya juga mencoba menerangkan kepada Prabowo serta Gibran, bahwa masyarakat tidak mampu pun sudah memiliki kesempatan yang lebar untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi. Skema beasiswa tersebut di antaranya adalah program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).
"Mungkin presiden dan wakil presiden terpilih belum mengetahui, maka kami juga menginformasikan banyak kesempatan bagi masyarakat yang tidak mampu untuk mendapat pembiayaan. Seperti program KIP kuliah dan beasiswa lainnya yang banyak sekali. Mereka yang tidak mampu sudah dipersilahkan untuk daftar program KIP kuliah," ungkap Nasih.
Nasih juga menyebutkan pertemuan dengan Menteri Pertahanan RI itu juga sebagai amanat yang diterimanya dari Forum Rektor Indonesia. Presiden dan wakil presiden terpilih harus menyadari bahwa pendidikan itu penting, untuk menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
"Saat pendidikan itu justru lepas, di sepuluh tahun terakhir, bukan Indonesia Emas yang cemas. Pendidikan harus mendapat perhatian baik dan diperlukan cara agar semua ornag bisa kuliah, itu yang murni kami bicarakan," pungkas Nasih.
Advertisement