Bertemu Pak Harto dan Jalur Helm, Lelucon Khas Pak AR
Tokoh Muhammadiyah, AR Fachruddin, sering menggunakan pendekatan personal dan informal dalam berhubungam dengan banyak pihah, termasuk dengan Presiden Soeharto, yang kala itu dikenal sangat berkuasa.
Pak AR -- demikian tokoh ini akrab dipanggil -- membawa Muhammadiyah dengan piawai tanpa harus berkonfrontasi, tetapi tetap tegas menyangkut prinsip. Beliau bahkan pernah membuat surat berbahasa Jawa halus kepada Paus Yohannes yang akan berkunjung ke Yogyakarta berisi pesan Muhammadiyah tentang Islam dan kehidupan beragama di Indonesia.
Ketua PP Muhammadiyah ini dikenal tulus dalam memimpin serta menggunakan pendekatan dakwah bil-hikmah. Beliau pernah berpesan, “Terhadap pemerintah jangan tolak pinggang, tetapi jangan munduk-munduk.”
Intinya, Muhammadiyah itu dengan siapa pun jangan membebek, tetapi jangan pula arogan dan serbakonfrontasi. Kita belajar hikmah dari AR Fakhruddin.
Ujian Berat dan Proses Panjang
Ujian paling berat yang dihadapi AR Fachruddin, adalah soal keharusan ormas-ormas kemasyarakatan untuk menerima asas tunggal Pancasila.
Berbeda dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang menerima Pancasila sebagai asas organisasi dlaam Muktamar ke-27 tahun 1984 di Situbondo, dipelopori KH Achmad Siddiq. Muhammadiyah awalnya belum menerima asas Pancasila. Awalnya Muhammadiyah keberatan karena harus menghilangkan asas Islam dalam AD/ART. Selain itu, kebijakan tersebut belum menjadi undang-undang. Muktamar yang seharusnya dilaksanakan tahun 1983 diundur menjadi tahun 1985.
Melalui proses yang alot, akhirnya Muhammadiyah pada muktamar di Surakarta tahun 1985 mencantumkan asas Pancasila. Sebagai konversi asas Islam, Muhammadiyah menggantinya dengan istilah Beraqidah Islam.
Suatu saat, Pak AR bercerita ketika bertemu Pak Harto. Ketika Muhammadiyah diminta memasukkan asas Pancasila, Pak AR bertanya dalam bahasa Jawa, yang artinya, “Tapi, Muhammadiyah boleh 'kan mencantumkan asas Islam?”
Pak Harto hanya senyum dan tidak berpatah kata. "Saya pun lalu pamit," ujar Pak AR.
Ketika sebagian kalangan Muhammadiyah masih keberatan soal asas Pancasila, Pak AR memberi ilustrasi. "Meskipun orang Islam, kalau naik speda motor harus pakai helm". Inilah filosofi helm ala Pak AR dalam berbangsa dan bernegara.