Bertemu Guru Semasa SD, Anas Gayeng Cerita Masa Kecilnya
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menikmati sarapan pecel rawon bersama sejumlah gurunya semasa bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah an-Nidhom, Kebunrejo, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, Sabtu 25 November 2017.
Bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional, sarapan bersama ini sekaligus dimanfaatkan Anas untuk berterima kasih sekaligus sejenak bernostalgia dengan para gurunya.
"Ini Pak Syahrawi, Pak Hasan, Pak Mislani, dan Pak Ridwan. Alhamdulilah semua sehat," kata Anas, lantas mencium tangan dan memeluk mereka.
Anas mengajak mereka untuk sarapan, dengan menu pecel rawon, di Bandara Banyuwangi.
Anas menuangkan sayur rawon pada piring guru-gurunya. Momen sarapan bersama ini, dimanfaatkan Anas untuk berterima kasih dan sejenak bernostalgia bersama para gurunya.
Meja makan terasa hangat dengan canda tawa guru dan murid itu. Mereka berkali-kali tertawa saat mengingat tingkah laku Anas saat masih SD, 35 tahun yang lalu.
"Pak Syahrawi mengajar bahasa Indonesia. Pak Hasan ini guru olahraga, dan juga mengajar IPA. Lalu Pak Mislani yang mengajar akidah. Lalu ada Pak Ridwan yang mengajar imrithi, yang mendidik kami membaca kitab," kata Anas mengingat kembali para gurunya itu.
Anas mengatakan, guru selamanya adalah guru. Meski tidak lagi mendidik, tidak ada mantan guru. Berkali-kali Anas memeluk para gurunya itu. Anas mengatakan, bangga dengan dedikasi para guru tersebut.
Anas mengisahkan keteladanan para gurunya itu.
"Beliau-beliau ini mampu mempertahankan kebugaran fisik dan pikirannya, karena menjaga pola hidupnya. Seperti Pak Mislani yang selalu bersepeda angin ke sekolah. Bukan karena tidak punya motor atau mobil, namun beliau ingin sehat dengan bersepeda," kata bapak satu anak ini.
Anas menceritakan, waktu sekolah MI, Anas juga mondok. Salah satu gurunya, Mislani juga menjadi pengajar di pondok tempat Anas tinggal.
"Pak Mislani ini yang membuat kami disiplin selama di Pondok. Beliau yang selalu membangunkan para pelajar. Kalau tidak bangun, kami disemprot air," cerita Anas.
Cerita demi cerita pun bersautan mengingat kembali cerita di masa itu.
"Anas ini suka telat masuk kelas, tapi tekun. Telatnya juga karena belajarnya sampai malam. Belum lagi antre mandi di pondok. Jadi saya sering maklum," celetuk Hasan.
Para guru ini bangga salah satu anak didiknya, bisa berhasil hingga menjadi bupati.
Mereka juga senang karena beberapa kebijakan Anas cukup mampu mendorong pengembangan pendidikan di daerah, mulai dari pemberantasan buta aksara, pengentasan anak putus sekolah, sekolah inklusif, hingga beragam beasiswa.
"Program Pak Anas di Banyuwangi banyak dirasakan. Anak saya kini kuliah berkat beasiswa Banyuwangi Cerdas," ujar Mislani. (hud)