Bertahan Hidup dari Usaha Kipas Bambu
Kipas bambu banyak dijumpai di pusat keramaian. Stasiun, terminal, tempat rekreasi dan tempat umum lainnya. Biasanya kipas bambu digunakan saat sedang sumuk atau cuaca sedang terik, lalu kipas-kipas cari angin.
Tak banyak yang tahu kipas bambu itu lahir dari tangan-tangan perajin di Desa Sukolilo, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Ratusan warga yang tersebar di Dusun Sukolilo, Dukoh, Nogo,Karangan, dan Kebonagung sejak puluhan tahun menekuni usaha ini.
"Usaha kipas bambu sudah ada sejak jaman nenek buyut. Walau pengerjaannya tradisional produksi kipas Sukolilo masih mendapat tempat di pasaran," ujar seorang perajin kipas Bambu, Rosikin.
Dalam sehari setiap pengrajin mampu menghasilkan belasan hingga puluhan kipas bambu. Sebagian besar masih bersifat usaha rumahan.
"Pemasarannya sudah ada pengepul yang datang. Belinya kodian. Satu kodi berisi 20 kipas," terang pengrajin kipas lainnya Muntamah. Harga kipas ukuran tanggung Rp 800 /biji sedang ukuran besar Rp 1400/ biji.
"Jika dibandingkan proses pembuatannya yang njlimet (sulit) harga kipas memang sangat murah. Tapi bagi kami yang penting kipasnya masih laku di pasaran sehingga asap dapur masih tetap mengepul," kata Muntamah.(tok)
Advertisement