Bertahan karena Dokter Perempuan Jomblo
Dr Doesschate bisa disebut sebagai penerus kepemimpinan RS Mata Undaan yang berhasil mempertahankan warisan Belanda itu tetap hidup sampai kini. Ia memimpin rumah sakit itu dalam keadaan krisis politik dan ekonomi. Beberapa saat setelah negeri ini merdeka sampai tahun 1960-an.
Siapa sebetulnya Dr Doesschate? Ia adalah seorang dokter perempuan berkewarganegaraan Balanda. Ia datang ke Indonesia tahun 1947, dua tahun setelah RI memproklamirkan diri. Perempuan yang menjomblo selama di Indonesia itu meneruskan studi program doktor di Universitas Indonesia (UI).
Semula ia diperbantukan ke RS Mata Undaan untuk membantu Dr Go yang sudah bekerja di rumah sakit ini sejak 1928. Dokter Go adalah orang China yang sudah menjadi warga negara Belanda. Doesschate meneruskan kepemimpinan RS Mata Undaan setelah Dr Go balik ke negeri Belanda tahun 1954.
Mohamad Basoeki, lulusan Fakultas Kedokteran UI yang bergabung dengan Doesschate sejak tahun 1955 menceritakan, dokter mata perempuan itu selama bertugas tinggal di kamar flat lantai dua RS Mata Undaan. Di kamar sebelahnya, Basoeki tinggal bersama istrinya.
Ia mengaku punya hubungan sangat dekat dengan penulis proefschrift alias disertasi berjudul Couses of Blindness in and around Surabaya ini. Basoeki menganggap Doesschate seperti keluarga. Bahkan, anak-anak Basoeki menganggap perempuan Belanda ini sebagai ibu keduanya.
Saat menggantikan Dokter Go, beberapa orang berkewarganegaraan Belanda masih ada yang bekerja di RS Mata Undaan. Misalnya, J. Croese yang berperan menjadi Kepala Tata Usaha. Beberapa orang juga bekerja di bagian rumah tangga. Namun, mereka berangsur-angsur meninggalkan Indonesia untuk kembali ke negerinya.
Basoeki sebagai dokter yang lebih yunior sangat mengagumi Deusschate. Bahkan, ia selalu mengenang kata yang setiap kali ditekankan seniornya itu dalam kehidupan. Kata itu terdiri dari dua kata dalam bahasa belanda: Eerlyk heid. Artinya kejujuran.
Kata Basoeki, Doesschate berulang kali selalu memesankan hal itu kepada dirinya dan para karyawan. ''Kita harus eerlyk heid,'' katanya. Menurut Basoeki, setiap mengungkapkan hal itu Doesschate selalu sambil menempatkan telapak tangannya di atas dada kiri.
Menurut dokter mata asal Nganjuk ini, kata Eerlyk Heid bukan hanya bermakna jujur. Tapi juga diiringi dengan sifat tegas dalam bersikap. Tidak bimbang ketika berjalan dalam persimpangan. Jadi, jujur, tegas, dan mantap.
''Sikap jujur jelas sangat penting dimiliki setiap keperibadian manusia. Baik jujur kepada diri sendiri maupun jujur kepada orang lain. Nah, makna jujur ini harus diiringi dengan satu sifat, yakni ketegasan bersikap,'' katanya.
Kepribadian Dokter Doesschate yang seperti itu juga tercermin dalam cara dia melayani pasien. Ia tidak pernah membeda-bedakan pasien yang berobat kepadanya. Ia melayani dengan sepenuh hati pasien yang tidak mampu maupun pasien partikelir alias swasta yang berduit.
Kepribadiannya juga istimewa. Doesschate dikenal sebagai perempuan yang tegas, jujur, ulet dan disiplin. Ia lebih suka bicara apa adanya. Tidak suka basa-basi. Karena tidak banyak bicara, terkadang terkesan sombong. Padahal, hatinya baik sekali. Ringan tangan, cekatan dan energik.
Jika visite ke ruangan pasien, tak jarang ia langsung turun tangan sendiri jika melihat ada yang dianggap tidak benar dan beres. Ia juga tangani sendiri pasien jika dokternya belum ada. Sebagai dokter, Doesschate tergolong dokter yang berdedikasi tingi terhadap profesinya.
Kuatnya kepribadian Doesschate ini membuat Basoeki sangat hormat kepada perempuan yang sudah dianggap seperti keluarga ini. Karena itu, ia tak mampu menolak ketika diminta menggantikannya untuk memimpin RS Mata Undaan. Padahal, dia tahu kondisi RS amat sulit. (Arif Afandi/Bagian ke-8/Bersambung)
Advertisement