Bersurat ke KONI Jatim, Atlet Ju-Jitsu Minta Ganti Pelatih
Beberapa Atlet Jawa Timur dari cabang olahraga Ju-Jitsu Jawa Timur yang mengikuti babak Kualifikasi PON Aceh-Sumut 2024 membuat surat pengaduan yang isinya pengaduan Atlet kepada Ketua Umum KONI Provinsi Jawa Timur, Selasa, 30 Januari 2024.
Total ada delapan Atlet Ju-Jitsu yang menandatangani surat aspirasi dan pengaduan tersebut Mereka di antaranya, Ilma Yeni Megawati, Steffany Kinky, Deva Bagus Setyo Wicaksono, Alfonsus Michael, Atika Islafiyatur, Imam Mastur, Gilang Surya Saputra dan Muhammad Fadel.
Hal ini menyusul akan dilaksanakannya Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jawa Timur dalam rangka menghadapi PON Aceh-Sumut 2024.
Berdasarkan surat yang dikirim ke Ketua Umum Koni Jawa Timur, kedelapan atlet yang menandatangani surat tersebut menjelaskan, bahwa demi kesuksesan Kontingen Jujitsu Jawa Timur pada PON Aceh-Sumut 2024 nanti, para Atlet berharap agar ada perombakan struktur kepelatihan pada Puslatda Jawa Timur cabang olah raga Ju-Jitsu.
Berikut isi suratnya:
"Mengingat hasil evaluasi pemusatan latihan sebelumnya yang sudah dijalani para atlet Ju-jitsu pada tanggal 14 Januari - 20 Februari 2023 latihan terpusat di Universitas Adibuana Surabaya, 21 Februari - 29 Juli 2023 latihan mandiri di kabupaten/kota, 1 Agustus - 24 Oktober 2023, latihan terpusat dan evaluasi di lapangan pada saat BK PON Ju-Jitsu berlangsung.
Lebih lanjut, adapun beberapa hal besar yang menjadi evaluasi kepelatihan selama pemusatan latihan BK PON, yaitu skill, profesionalitas dan komunikasi.
Skill pelatih terutama dari segi teknik sangat kurang dalam melatih untuk persiapan pertandingan se level PON, hal ini menjadikan atlet tidak berkembang dengan baik, bahkan cenderung menurun selama melaksanakan pemusatan BK PON.
Kurangnya kepedulian pelatih dalam memahami karakter bertanding atlet secara mendalam. Selalu memaksakan karakter bertanding yang tidak sesuai dengan atlet, membatasi atlet untuk melakukan eksplore.
Efisiensi dan efektifitas latihan yang kurang, di mana jam latihan terlalu lama namun minus optimalisasi dan volume pada latihan. Latihan teknik newaza dan fighting system tidak memiliki arah dan tidak terprogram dengan jelas.
Komunikasi yang terjalin antara atlet dan pelatih adalah komunikasi satu arah dari pelatih kepada atlet, hal ini membuat atlet dan pelatih tidak memiliki chemistry dan kedekatan bahkan ada kesenjangan yang terjadi antara atlet dan pelatih.
Sering kali terjadi intimidasi berupa ancaman degradasi tidak berdasar yang membuat atlet kurang nyaman, merasa tertekan, dan bahkan merasa ketakutan selama berlatih.
Adapun beberapa hal yang diyakini para atlet Ju-jitsu merupakan kesalahan fatal yang dilakukan pelatih di ajang pertandingan BK PON di antaranya:
Pelatih tidak mengerti game plan atlet. Pelatih kurang fokus mendampingi atlet bertanding, di mana keputusan yang diambil wasit salah atau tidak sesuai rules, tapi pelatih tidak melakukan challenge yang menyebabkan kekalahan di kubu Jawa Timur.
Pelatih gagal melakukan challenge. Pelatih kurang dalam melakukan briefing dan manajemen atlet sebelum pertandingan.
Dan masih banyak lagi dari hal-hal lain dari apa yang para atlet sampaikan di atas. Sehingga diperlukan adanya perombakan kepelatihan, terutama pada pelatih newaza system dan fighting system."
Pengaduan Atlet tersebut yang disampaikan kepada KONI Jawa Timur, merupakan langkah terakhir, mengingat sebelumnya aspirasi sudah pernah disampaikan oleh atlet pada induk cabang olahraga yaitu PBJI Jawa Timur sebanyak 5 (lima) kali, di mana 2 (dua) kali melalui diskusi via WhatsApp video call dengan ketua bidang dan manajer Tim, lalu untuk yang ke-3 (tiga) kali melalui pertemuan tatap muka yang dihadiri manajemen tim dan Ketua Umum PBJI Provinsi Jawa Timur.
Kami berharap, aspirasi yang kami sampaikan ini dapat diterima dan diberikan solusi yang terbaik oleh KONI Provinsi Jawa Timur. Mengingat PON adalah multievent terbesar di Indonesia, atlet-atlet yang berlaga membela Jawa Timur bukanlah semata-mata hanya mewakili cabang olahraga masing-masing, tetapi lebih besar daripada itu yang dibawa adalah martabat dan harapan seluruh masyarakat Jawa Timur, demi prestasi yang gemilang, maka mengusahakan semua yang diperlukan, sehingga atlet bisa berlaga dengan kemampuan maksimal baik secara teknik, fisik, mentalitas, dan psikologi adalah tanggung jawab semua pihak
Selain itu dalam surat tersebut menjelaskan, para atlet juga mengusulkan nama calon pelatih pengganti yang layak mendapat rekomendasi untuk PUSLATDA PON Aceh-Sumut 2024, diantaranya. Yunus Junior Paays sebagai pelatih newaza system dan Danang Wiliam sebagai pelatih fighting system.
Sayangnya, hingga berita ini diunggah, belum ada tanggapan dari KONI Jatim m mengenai isi surat tersebut.
"Kami akan bahas dulu dalam rapat Binpres. Secepatnya akan kami tangani," ujar Dudi Harjantoro, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Jatim.