Bersiap Presidensi G20, Peran Indonesia Fokuskan Sektor Ekonomi
Indonesia mengemban tugas sebagai Presiden G20 pada 2022, melanjutkan keketuaan yang saat ini dipimpin Italia. Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri, Febrian Ruddyard mengatakan, penanganan pasca pandemi COVID-19 menjadi fokus utama dalam presidensi Indonesia, utamanya pada sektor ekonomi.
“Kita melihat tahun depan masih akan ada dampak dari COVID-19, khususnya untuk ekonomi. Oleh karena itu, kalau lihat tema kita kan masih bicara recover together, recover stronger,” ungkap Febrian Rudyard dalam keterangan pers secara daring, diterima Ngopibareng.Id, Kamis 01 Juli 2021.
Bersifat Adaptif Kebijakan Global
Menurut Febrian, diperlukan berbagai kebijakan yang diputuskan dalam presidensi Indonesia di G20 bersifat adaptif dengan kebijakan secara global.
“Ini menjadi prioritas kita bagaimana perekonomian kita bisa mengadaptasi perekonomian dunia yang dimotori oleh G20 dan bisa melakukan kebijakan-kebijakan yang sifatnya adaptif untuk bisa mendorong kembali proses pemulihan ekonomi global,” terangnya.
Susun Skenario Pertemuan
Indonesia saat ini juga tengah menyusun sejumlah skenario pertemuan yang memungkinkan untuk diterapkan selama presidensinya.
“Memang ada beberapa skenario yang sudah kita pertimbangkan dan masih menjadi pertemuan kita. Tapi, mostly likely di kuartal pertama mungkin akan virtual walaupun ini masih dalam observasi, kuartal kedua mungkin bisa mulai hybrid. Tapi, kuartal ketiga dan keempat di mana yang biasanya KTT pada di kuartal keempat kita upayakan supaya bisa full physical,” papar Febrian.
Pemulihan Sektor Ekonomi
Selama, presidensi Indonesia di G20 pada 2022 diperkirakan akan ada 144 pertemuan serta belasan join working group.
Menurut Febrian secara khusus Indonesia akan memanfaatkan berbagai pertemuan G20 untuk mendukung pemulihan sektor ekonomi, yakni memperkenalkan daerah-daerah dengan potensi wisata terbaik selain Jakarta, Bali maupun Yogyakarta.
“Dengan demikian kita bisa menggunakan kesempatan pertemuan fisik maupun hybrid, untuk mulai memperkenalkan potensi-potensi tempat meeting di berbagai wilayah di Indonesia. Tantangannya mungkin adalah bagaimana kita bisa menyebar pertemuan yang mencapai 144 ini ke berbagai wilayah Indonesia. Sehingga, membawa nilai tambah bagi pemulihan ekonomi di berbagai daerah,” terangnya.
Presidensi Indonesia di G20 akan aktif pada 1 Desember 2021, ketika Italia menyerahkan amanah keketuannya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) nantinya.
Mengedepankan Penguatan Multilateralisme
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memastikan, Indonesia akan mengedepankan penguatan multilateralisme di dalam kepemimpinannya di G20 tahun depan.
“Indonesia akan membawa obor keketuaan G20 dari Italia tahun depan. Multilateralisme akan terus diperkuat,” ujarnya, Selasa 29 Juni 2021.
Retno menjelaskan, penguatan multilateralisme itu akan diimplementasikan Indonesia dengan sejumlah langkah, seperti menciptakan kemitraan dengan banyak pemangku kepentingan.
“Presidensi Indonesia akan dipergunakan untuk meningkatkan ketahanan dan stabilitas ekonomi, meningkatkan produktifitas, memastikan pertumbuhan yang sustainable (berkelanjutan-red) dan inklusif, dan menciptakan kemitraan dengan multistakeholders,” paparnya.
Gengsi di Mata Negara Lain
Dalam presidensinya Indonesia juga berkeinginan agar G20 memiliki makna untuk seluruh negara di dunia, yang akan diperkuat dengan kepemimpinan kolektif global yang lebih kuat.
“Sejalan dengan jatidiri bangsa Indonesia, semua itu akan kita lakukan secara inklusif. Indonesia ingin membuat G20 bermakna, tidak hanya bagi anggotanya, melainkan seluruh negara di dunia. Semua itu hanya akan dapat tercapai dengan cara memperkuat kepemimpinan kolektif global yang lebih kuat melalui dialog dan kemitraan antara G20 dengan negara-negara berkembang dari berbagai kawasan. Baik itu Afrika, Pasifik, Karibia, dan kawasan lainnya,” ucap Retno Marsudi.
Saat ini Indonesia merupakan bagian Troika G20 bersama Italia dan Arab Saudi.
Advertisement