Bersendi Wahyu dan Berambu Akhlak, Konsep Aktivitas Muhammadiyah
Ilmu harus berjalan dalam bimbingan wahyu dan berambu-rambu akhlak. Tanpa keduanya ilmu sering mencari jalannya sendiri, dan berujung pada mafsadat.Demikian diungkapkan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang membidangi Kader, Dahlan Rais.
Ungkapan tersebut juga berlaku pada seni, budaya termasuk olahraga, sebagai Muslim ketiga entitas tersebut harus berjalan dalam bimbingan wahyu dan berambu akhlak.
Oleh karena itu, Dahlan Rais mengajak kepada pelaku seni, budaya dan olahraga di lingkungan persyarikatan untuk mampu melihat dengan jernih irisan akan itu.
Menurutnya, semangat menempatkan wahyu dan akhlak pada setiap aktivitas persyarikatan Muhammadiyah dimaksudkan untuk menjaga kemurnian dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Di sisi lain, menjaga kemurnian dakwah diharapkan berbanding lurus dengan militansi kader dalam bermuhammadiyah.
Efektivitas Dakwah Kultural
Melihat efektivitas dakwah kultural yang dilakukan Muhammadiyah di akar rumput, Dahlan menyebut masih perlu dimaksimalkan. Pengenalan Muhammadiyah pada skup yang lebih luas menurutnya selain untuk menggembirakan dan mencerahkan umat, di sisi lain juga sebagai wahana penjaringan kader potensial untuk mengisi pos-pos penting di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
“Jika lebih cermat kita akan mendapat fakta, bahwa calon-calon dosen dan tenaga kependidikan itu sebagian besar tidak mengenal Muhammadiyah,” tutur Dahlan Rais pada 17 Desember 2021 di acara Pembukaan Pekan Seni Mahasiswa Muhammadiyah (PSM) Perguruan Tinggi Muhammadiyah – ‘Aisyiyah (PTMA) yang diadakan Lembaga Seni, Budaya dan Olahraga (LSBO).
Berkaca dari pengalamannya dalam rekrutmen karyawan baru di AUM, Dahlan menemukan fakta bahwa dakwah kultural yang dilakukan oleh Muhammadiyah jika dikalkulasikan tidak mencapai angka yang terlalu besar.
Oleh karena itu, dia berharap supaya Muhammadiyah khususnya Majelis, Lembaga, dan Ortom (MLO) untuk lebih serius dalam mengisi ruang dakwah melalui seni dan budaya. Dakwah melalui seni, budaya dan olahraga menurutnya selain untuk menguatkan keimanan sekaligus kemuhammadiyahan, juga sebagai cara Muhammadiyah dalam menyehatkan ilmu, jiwa – raga umat.
"Mengapa diperlukan fisik yang kuat, bukankan memimpin itu tidak identik dengan kuli misalnya. Tapi ternyata fisik yang kuat itu menjadi prasyarat. Apa gunanya orang berilmu tinggi kalau sakit-sakitan, mereka akan lebih tidak produktif melaksanakan tugasnya sebagai ilmuan,” ujar Dahlan Rais.