Bersedia Menanam Pasti Menuai, Ini Pesan Nabi
Sesepuh di masa lalu, selalu berpikir untuk menanam pohon yang berusia tinggi dan berbuah pada tahun-tahun berikutnya.
"Kek, kenapa harus menamam sekarang. Bukankahkah kakek sudah tua. Bukankah kakek tak akan mengetahui hasil dari buah pohon itu," kata si kecil, cucunya.
Kakeknya pun menjawab: "Bukankah kita lebih baik menanam. Toh, buahnya justru kalian yang akan memanennya".
Kalau kita mau menebar kasih sayang di bumi, maka yang ada di langit akan membalas kasih sayang kepada kita. Hal ini ditegaskan dalam Hadits :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ اِرْحَمُوْا مَنْ فِى الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ الرَّحِمُ شُجْنَةٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعَهُ اللهُ
Dari Abdullah bin Amr ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda:
"Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Ar-Rahman, berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada dibumi, niscaya Yang ada di langit akan mengasihi kalian. Lafazh Ar-Rahim (rahim atau kasih sayang) itu diambil dari lafazh Ar-Rahman, maka barang siapa yang menyambung tali silaturrahmi niscaya Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya) dan barang siapa yang memutus tali silaturrahmi maka Allah akan memutusnya (dari rahmat-Nya).
Demikian dalam Hadits Riwayat Tirmidzi no. 2049, Ahmad no. 6650 dan lainnya.
Demikian pesan Ust Keman Almaarif, dalam tausiyah pagi ini.
Keutamaan Tawakkal
Dalam kitab An-Nawadir terdapat kisah menarik. Pada pembasan edisi 25, AIkisah. Dzun Nun al-Mishri berburudi laut. Anak perempuannya yang masih kecil ikut bersamanya. Jaring dilemparkan ke laut, dan berhasil menangkap seekor ikan. Setelah mengetahui hasil tangkapannya, ikan itu hendak diambil dari jaring. Namun, anaknya mengerti bahwa ikan dalam jaring menggerak-gerakkan mulutnya. Lalu, si anak melemparkannya lagi ke laut.
"Mengapa engkau melakukan itu, putriku?" tanya Dzun Nun
al-Mishri kepada anaknya dengan heran.
"Ayah, aku tidak rela seekor makhluk yang berdzikir kepada
Allah SWT. dimakan," ujar si anak.
"Lalu, apa yang akan kita kerjakan?"
"Kita bertawakkal kepada Allah SWT. Maka, rezeki diberikan
kepada kita dari hewan yang tidak disebutkan oleh Allah SWT.," jelas si anak.
Sang ayah pun meninggalkan perburuan ikan. Mereka berdiam diri dan bertawakkal kepada Allah Swt. Sampai sore, tidak ada sesuatu pun yang menghampiri. Ketika Isya' datang, Allah SWT. menurunkan berbagai makanan dari langit kepada mereka. Setiap malam, makanan itu diberikan. Dan, hal ini berlangsung selama sekitar dua belas tahun. Dzun-Nun al-Mishri menyangka bahwa pemberian makanan-makanan tersebut sebab shalat, puasa, dan ibadahnya.
Selanjutnya, anak Dzun Nun al-Mishri pun meninggal dunia. Namun, tidak ada makanan yang turun kepada Dzun Nun al-Mishri. Maka, ia menyangka bahwa makanan tersebut diberikan persangkaan semula karena anaknya. Akhirnya, Dzun Nun al-Mishri kembali kepada persangkaan semula.
Semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu bertakwa kepada Allah, selalu menebar benih kebajikan, mulia di dunia mulia di akhirat. Amin....!!!
Advertisement