Bersedekah Harus Ihsan dan Humanis, Pesan Abdul Mu'ti
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, selama ini, penyaluran dana zakat, infak dan sedekah seringkali diikuti dengan seremoni yang menempatkan kontras antara pemberi dan penerima.
"Seremoni seperti itu, menurutnya, terkesan feodal dan tidak humanis. Bahkan, menurutnya cara itu juga tidak Islami dan mengancam keabsahan amal si pemberi," kata Abdul Mu'ti, dalam keterangan Senin 8 Februari 2021.
“Misalnya orang yang menerima sumbangan disuruh datang, kemudian antri, ambil kupon, dan sebagainya itu menurut saya sangat tidak humanis, dan itu betul-betul menempatkan mereka yang tidak menerima sebagai the needy, orang yang lebih perlu, sehingga respek kepada penerima itu tidak terlihat di situ,” kritiknya.
Dalam forum webinar Pusat Studi Islam, Perempuan dan Pembangunan (PSIPP) Institute Ahmad Dahlan Jakarta, Abdul Mu’ti berharap agar para da’i menjelaskan kepada umat konsep berlaku ihsan di dalam setiap perilaku beragama.
“Apa tidak ada cara yang lain selain membuat mereka itu harus bersusah payah dan melihat siapa yang memberi dan orang yang menerima itu membungkuk-bungkuk menyampaikan terimakasih. Ini perlu diubah karena bermuara pada pemahaman kultural,” jelasnya.
Padahal, zakat, infak dan sedekah menurut Mu’ti adalah bagian integral di dalam akidah yang menekankan bahwa di dalam harta yang dimiliki ada hak orang lain yang harus ditunaikan.
“Oleh karena itu pemahaman sebagai mustahik itu harus kita luruskan. Itu kan sebetulnya mereka berhak, karena hak itu tidak seharusnya dong mereka mengemis-ngemis untuk mendapatkan haknya. Harusnya itu sesuatu yang diberikan tanpa harus diminta,” kata Abdul Mu'ti menegaskan.
Advertisement