Bersama Sayidina Ali bin Abi Thalib, Ini Pelajaran Rendah Hati
Sayidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah (Kwa) memberi penghormatan kepada orang yang lebih tua, walaupun beda agama.
Suatu ketika menjelang subuh, seorang sahabat dekat Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) bergegas menuju masjid hendak menjalankan sholat berjamaah. Beliau adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Ali berangkat dengan begitu semangat hingga ada suatu hal yang membuat langkahnya terhambat.
Ada seorang perempuan tua berjalan di depan beliau. Karena rasa ta’dzim (penghormatan) Sayyidina Ali kepada orang tua, beliau tidak berani untuk mendahului langkah perempuan tua tersebut. Hal ini membuat langkah beliau menjadi sangat pelan.
Sayyidina Ali khawatir tidak mendapatkan jamaah bersama Rasulullah SAW, namun beliau juga tidak ingin mengurangi rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Sesampainya di depan masjid, perempuan tersebut tidak langsung masuk.
Ternyata perempuan tua tersebut adalah orang Nasrani. Tanpa berpikir panjang, Sayyidina Ali langsung masuk masjid dan mendapati Rasulullah SAW masih dalam keadaan ruku’.
Para jamaah pada saat itu keheranan karena Rasulullah SAW melakukan ruku’ dengan sangat lama. Setelah selesai shalat, para sahabat menanyakan kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau memanjangkan ruku’ pada shalat ini?”
Rasulullah SAW menjawab, “Ketika aku melakukan ruku’ dan membaca bacaan seperti biasanya (سبحان ربي العظيم), aku ingin mengangkat kepalaku. Namun Jibril datang kepadaku dan meletakkan sayap diatas punggungku sehingga aku tak bisa mengangkat kepalaku. Tatkala Jibril melepaskan sayapnya, aku baru bisa mengangkat kepalaku.”
Para sahabat terheran dan menanyakan, “Mengapa Jibril melakukan itu wahai Rasul?” Rasulullah SAW menjawab, “Aku tidak tau, aku tidak menanyakan kepadanya.”
Kemudian Jibril datang dan berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Ali hendak datang mengikuti shalat berjama’ah bersamamu. Namun di tengah jalan ia bertemu dengan perempuan tua. Ia menghormatinya kerena ubannya dan tak berani mendahuluinya. Kemudian Allah SWT memerintahkanku untuk memeganggi punggungmu saat ruku’ agar Ali mendapati jama’ah bersamamu. Allah SWT juga memerintahkan Mikail untuk memeganggi matahari agar tidak terbit karena penghormatan Ali RA kepada orang yang tua”
Begitulah kisah teladan yang dicontohkan Sayyidina Ali RA. Beliau memberi penghormatan kepada orang yang lebih tua, walaupun beda agama. Semangat beliau dalam mengikuti sholat berjamaah juga menjadi teladan untuk kita semua. Semoga kita dapat meniru akhlak terpuji para rasul, sahabat, dan salafus-salih.
Wallahu a’lam