Bersama Ormas Lintas Iman, Muhammadiyah Serukan Pemilu Beretika
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan pandangan sekaligus dorongan supaya Pemilu 2024 menjiwai nilai luhur, bermoral dan beretika.
Menurut Haedar, ruang publik menyongsong Pemilu 2024 riuh dengan sosok yang akan maju dalam kontestasi.
Sebaliknya, isu, gagasan maupun reaktualisasi dari misi pendiri bangsa acapkali luput atau bahkan tidak tersentuh oleh para elite kontestan Pemilu 2024.
Dalam pandangan Haedar realitas tersebut bisa menjadi indikator, bahwa demokrasi di Indonesia sebatas prosedural semata.
Maka dari itu, Muhammadiyah mengajak Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) serta seluruh komponen bangsa untuk mengkomunikasikan dan menyuarakan ihwal moral dan etik dalam proses demokrasi di Indonesia, khususnya menjelang Pemilu 2024. Dengan tanpa terlibat secara langsung dalam irisan politik.
“Mari kita mengkomunikasikan kepada para elite, tanpa kita terlibat langsung dalam irisan politiknya. Kita bersandar pada nilai luhur dan etik, kedua nilai tersebut harus menjiwai kontestasi politik kita,” tutur Haedar, dalam keterangan dikutip Kamis 15 Juni 2023.
Hal itu terungkap menyusul kunjungan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di dua tempat yang berbeda, yaitu ke Kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), belum lama ini.
Dalam rombongan Rombongan yang dipimpin Haedar Nashir diikuti Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad dan Sekretaris PP Muhammadiyah Izzul Muslimin.
Menjiwai Moral dan Etika
Muhammadiyah berharap, dengan menjiwai moral dan etik, Pemilu 2024 akan menjadi pesta demokrasi yang menggembirakan bagi semua. Penting menurutnya, supaya kemenangan yang dicita-citakan dan ingin diraih tidak meninggalkan nilai luhur dan etika.
“Saya yakin bahwa kekuatan agama akan tulus. kita tidak mau berkamuflase tentang suara keagamaan itu. Ketika kita menyuarakan apa yang kita pandang baik itu atas nama Tuhan.”
Organisasi keagamaan, lanjutnya, harus mewakili kebenaran yang diajarkan oleh Tuhan, tidak boleh berkamuflase. Ormas keagamaan juga tidak boleh luruh semangatnya dalam membangun optimisme masa depan bangsa Indonesia, dengan segala problematika yang dihadapi selama ini.
“Mari kita suarakan bersama untuk memasukkan moralitas ke panggung politik. Kita berharap 2024 itu berkompetisi secara sehat dan membawa misi yang diletakkan oleh pendahulu bangsa,” tutur Haedar.
Apresiasi KWI dan PGI
Gagasan yang disampaikan Muhammadiyah tersebut diterima dan diapresiasi oleh KWI dan PGI. Mewakili KWI, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo menyampaikan sepakat, dirinya juga menyebut gagasan dan pemikiran yang dilontarkan Muhammadiyah ke ruang publik harus disambut, sebab itu mencerahkan.
Tidak jauh beda dengan itu, Ketua PGI, Pdt. Gomar Gultom juga menyambut baik pemikiran dan gagasan Muhammadiyah untuk memasukkan moralitas ke panggung politik 2024. Sebagai negara majemuk, moralitas itu penting. Pihaknya tidak ingin polarisasi politik 2019 kembali terulang di tubuh bangsa Indonesia.
Menyambung yang disampaikan Haedar Nashir, Abdul Mu’ti menawarkan supaya kunjungan ini ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan forum lintas iman untuk bersama membangun kerukunan. Forum tersebut diharapkan supaya agama berperan besar dalam memandu negara ini berjalan sebagaimana ditentukan konstitusi.
“Nilai dan moralitas agama harus hadir lebih bermakna dalam memandu arah bangsa ini. Kita akan buat forum untuk menyuarakan moral pada negara ini," kata Mu’ti.