Bersabarlah dalam Menyerukan Kebaikan, Ini Pesan Prof Quraish Shihab
Masalah agama belakangan ini menjadi perbicangan menarik di masyarakat. “Saya menyesalkan bila ada ulama dan tokoh agama dicaci maki, bahkan diciderai dengan kekerasan fisik. Bagaimana masalah ini, ya ustadz. Maksud saya, bagaimana kita harus menyikapi masalah ini dari sudut pandang agama Islam?”
Itulah soalan diajukan Hamdan Ahmad, warga Kalibutuh Surabaya pada ngopibareng.id.
Intuk menanggapi masalah ini, penjelasan Pakar Tafsir Al-Quran, Prof Muhammad Quraish Shihab akan memberikan kesadaran yang bijak. Berikut keterangannya.
Dalam Tafsir Al-Mishbah, Ustadz Quraish Shihab menjelaskan makna dari surat Asy-Syu’ara ayat 10-28. Surah itu secara garis besar menjelaskan banyak nabi yang diceritakan kisahnya kepada Nabi Muhammad SAW. Setiap nabi itu selalu mendapat tantangan berbeda dari masyarakatnya.
Salah satu tujuan uraian pada surat Al-Quran tentang nabi-nabi itu, agar Nabi Muhammad SAW dan penganjur-penganjur kebaikan sesudah beliau sadar bahwa kebaikan hendaknya disampaikan, tapi hendaknya pula disadari bahwa itu tidak mudah dan diperlukan kesabaran.
Nabi yang diuraikan dalam surat itu ialah Musa AS. Ayat 10 dan 11 menjelaskan bahwa Allah berseru kepada Musa, “Datangilah kaum yang zalim itu.” Kaum yang dimaksud ialah kaum Firaun yang tidak bertakwa. Kita lihat sekarang ada istilah menjemput bola.
Nabi penganjur kebaikan jangan menanti, tapi jemput, kunjungi, dan datang kepada mereka. Adil sama dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya, sedangkan zalim kebalikannya.
Puncak kezaliman ialah menyatakan bahwa ada penguasa yang menguasai alam raya ini selain Allah. Kemusyrikan merupakan puncak kezaliman.
Ayat 12-14 menjelaskan tentang ketakutan Musa mengajak mereka bertakwa. “Ya Tuhanku, sungguh, aku takut mereka akan mendustakanku, sehingga dadaku terasa sempit, dan lidahku tidak lancar.” Lalu Musa meminta Allah SWT mengutus Harun untuk menemaninya karena Musa takut kaum itu membunuhnya.
Ada kecemasan dalam diri Musa yang membuatnya ragu mendatangi kaum Firaun. Namun dalam ayat 15-17, Allah meyakinkan Musa bahwa ia tidak sendiri.
Allah meyakinkan Musa bahwa kaum itu tidak bisa menggangu Musa. Bawalah bukti ayat-ayat kami dan Allah selalu mendengar apa yang akan dikatakan Musa dan kaum itu.
Ayat 18 dan 19 menjelaskan jawaban Firaun kepada Musa. “Bukankah Kami telah mengasuhmu, pernah mendidik kamu sejak kecil, dan kamu telah hidup bersama kami di istana kami. Dan kau Musa telah melakukan kesalahan dan engkau termasuk orang yang tak tahu balas budi.” (adi)