Berpuisi di Tahun Baru, Begini Gaya Aktor Aspar Paturusi
Telah diketahui umum, setiap pergantian tahun ada puisi KH A Mustofa Bisri alias Gus Mus beredar di media sosial. Ternyata, ada juga seniman lain yang turut menyambut malam pergantian tahun dengan puisi.
Inilah puisi seniman Aspar Paturusi, yang keaktorannya melegenda dalam film Tragedi Bintaro pada era 1980an.
Berikut puisinya:
"Ternyata, ada juga seniman lain yang turut menyambut malam pergantian tahun dengan puisi. Inilah puisi seniman Aspar Paturusi, yang keaktorannya melegenda dalam film Tragedi Bintaro pada era 1980an."
TAHUN, TAHUN, TAHUNKU *)
ada yang lama
ada yang baru
yang lama milik siapa
yang baru milik siapa
siapa pada yang lama
siapa pada yang baru
tahun, tahun baruuuku
tahun baruuumu
tahunta hunta hunta
baruba ruba ruba ruba
yang lama itu apa
yang baru itu apa
itu yang baru apa
yang itu apa baru
ada apa dalam yang baru
ada apa dalam yang lama
yang lama, yang baru ada apa?
dosa, dosa lama dan dosa baru
dosa barang tua yang renta
dosa purba memburu dosa baru
dosa lama
dosa baru
dosa purba
dosa yang selalu lahir
setiap tahun
anak-anak manis, cicipi bulanmu
cicipi bumimu
cicipi alammu
cicipi tahun-tahunmu
tahun demi tahun meninggalkanmu
tahun demi tahun menguburkanmu
tahun demi tahun menyepikan namamu
namamu, barang tua
yang selalu gelisah
selalu kehilangan langkah
bahkan jejak
jejak yang tertatih-tatih
sepanjang waktu
sepanjang tahun
sepanjang abad
ayo, anak manis
mari bersamaku
kuminum darahku
kureguk keringatku
mari, ayo, anak manis
darah dan keringat
kita aduk dengan sempurna
kita reguk sepuasnya malam ini
darahku, telah kuminum
keringatku, habis tumpah
tapi aku masih haus
kurobek jantungku
kucincang hatiku
hausku mencekik
hausku meronta-ronta
hausku meraung-raung
haus, haus, haus
kucari darahku
kuperas darahku
keringat menyatu dalam darah
darah mengucur bersama tangis
tangis menjadi darah kental
keringat, air mata, darah bergumpal-gumpal
mengisi tahun demi tahun
haus, haus, haus
aku pun selalu haus
darah, darah
keringat yang bercampur darah
tangis yang sarat darah
kuteguk dalam satu tarikan napas
kureguk sampai ke dalam mimpi-mimpi
darah dan mimpi bergumul
dalam gumpalan yang paling kental
dan betapa nikmatnya
betapa indahnya siksa yang abadi ini
siksa yang paling setia
siksa yang bersahabat
dan aku di situ
aku di dalam tubuh dan darahku sendiri
tubuh dan darahku
tragis, tragis, tragis
tahun, tahunku, tahun, tahunku, tahun, tahunku
minumlah aku, reguklah aku, habiskan aku
sekalipun pahit
sekalipun pedih
dan semakin tragis, tragis
tragis, tragiiis
Makassar, 1981
*) Puisi ini dibacakan pertama kali di depan rekan seniman yang bermalam tahun baru di Teater Halaman Dewan Kesenian Makassar.
Advertisement