Berpotensi Raih Lailatul Qadar, Keistimewaan Umat Nabi Muhammad
Semua umat Islam berpotensi mendapatkan lailatul qadar di bulan Ramadhan. Asal tidak maksiat, menjalankan puasa, malam ikut berjamaah shalat Isya dan tarawih, semua umat Nabi Muhammad Saw berpotensi mendapat Lailatul Qadar.
"Keyakinan saya, berkah dan luasnya rahmat Allah, semoga selagi itu umat Nabi, ketika waktu itu tidak maksiat, pokoknya saleh-saleh biasa begini, saleh kelas ringan begini asal tidak maksiat, itu tetap mendapat Lailatul Qadar”.
Demikian diungkapkan Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha).
Sebagaimana dikutip dari kanal Youtube Santri Gayeng, Gus Baha menceritakan tentang sejarah adanya malam Lailatul qadar. Ia menyebut bahwa Lailatul qadar merupakan bonus dari Allah Swt.
Rasulullah dan Nabi-nabi Terdahulu
Adanya Lailatul qadar tersebut, kata Gus Baha, bermula dari Rasulullah Saw yang iri atas umur nabi-nabi terdahulu dan dapat beribadah ribuan tahun.
"Nabi Nuh usianya 950 tahun, Nabi Ibrahim 300 ratus tahun. Lalu Nabi iri, [Wah, kalau usianya panjang lalu ibadahnya seperti Nabi Nuh betapa banyak pahalanya. Sedangkan usiaku hanya 63 tahun]. Sebab Nabi iri, Allah kemudian menurunkan surat Innā anzalnāhu fi lailatil qadr," paparnya.
Adapun waktu kapan lailatul qadar terjadi menjadi misteri dan tidak ada yang mengetahuinya secara pasti. Namun, Rasulullah Saw memang dalam haditsnya disebutkan sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada 10 hari terakhir (bulan Ramadan).
"Membaca hadits itu dijiwai. Nabi sungguh-sungguh. Bukan mulai mencarinya, tapi bersungguh-sungguh. Sesungguh-sungguhnya tanggal 21. Tidak ada riwayat yang menyebut carilah mulai tanggal 21," jelasnya melalui kanal Youtube NU Online.
Kata Gus Baha, hadits tersebut justru menjelaskan bahwa ada yang sudah mencari Lailatul Qadar sejak tanggal 1 tapi kurang sungguh-sungguh. Lalu dianjurkan sungguh-sungguh di sepuluh terakhir Ramadan.
"Kalau tanggal 21 baru mencari itu kurang serius," imbuh Pengasuh Pondok Pesantren LP3IA Narukan, Rembang, Jawa Tengah itu.
Gus Baha menekankan bahwa mencari Lailatul Qadar bisa dimulai sejak tanggal 1 Ramadhan. Sebab, Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 185 tidak menyebut tanggal pasti.
"Itu menunjukkan semua Ramadhan. Makanya ada ulama yang menganggap (lailatul qadar) mulai di tanggal 1," ungkapnya.
Selain itu, Gus Baha juga menyebut malam 17 Ramadhan sebagai pendapat yang disepakati para ulama. "Pokoknya Lailatul Qadar, Nuzulul Qur'an itu malam 17. Jadi, jika itu memang disepakati ulama berarti itu sudah selesai, jadi nggak usah dicari," ujarnya.
"Tapi kamu jangan begitu. Bagaimana pun menurut Nabi disuruh mencarinya di sepuluh terakhir, namun ada juga ulama yang menduga mulai tanggal 11," lanjutnya.
Advertisement