Berpikir Jernih Makin Rendah Hati, Ini Pesan Idul Fitri Kiai Zawawi Imron
"Jikalau seseorang benar-benar beriman dan berdzikir, buahnya ia tidak akan membuat penganiayaan, kekejaman, dan kekerasan yang melukai hati dan fisik manusia yang lain," kata KH D Zawawi Imron.
Hati yang damai akan diperoleh dengan mengakui kebesaran, serta banyak berdzikir kepada Allah SAW. Upaya berdamai dengan Allah melalui shalat, dzikir, shalawat, baca Al Quran dan lain-lain akan mempengaruhi jiwa untuk berdamai dengan seluruh manusia.
Maka dari itu, kata KH Zawawi Imron, jikalau seseorang benar-benar beriman dan berdzikir, buahnya ia tidak akan membuat penganiayaan, kekejaman, dan kekerasan yang melukai hati dan fisik manusia yang lain.
"Apakah pantas, seseorang yang mengaku beriman, tetapi masih senang melakukan kezaliman dan kekerasan. Baik kekerasan dalam rumah tangga seperti menempeleng istri, melukai tubuh anak, maupun kekerasan di luar rumah tangga berupa kerusuhan, penjarahan, adu domba dan lain-lain yang merusak tatanan kehidupan," kata kiai, yang juga dikenal penyair si Celurit Emas ini.
Demikianlah di antara khotbah Kiai Zawawi Imron pada pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1439 H di Masjid Nasional Al-Akbar, Jumat (15/6/2018). Kiai Zawawi melanjutkan, setiap manusia beriman dan bertakwa mempunyai tugas menunjukkan dirinya sebagai manusia Khalifatullah. Yaitu manusia yang berakhlak, kreatif, dan selalu tampil untuk menyenangkan orang lain dalam pergaulan.
Maka dari itu diperlukan tata krama bergaul yang indah. Misalnya dalam berbicara, selali mengupayakan dirinya menggunakan kata-kata yang sopan, serta menyenangkan orang yang mendengarnya, dan berupaya menghindari kata-kata kotor yang menyakitkan.
“Setiap kata-kata kotor diucapkan itu melambangkan hati orang yang mengucapkannya juga kotor. Akibatnya komunikasi dan pergaulan akan terganggu sehingga suasana damai dan rukun tidak akan terjadi,” kata Kiai Zawawi, dalam khotbah bertema "Mewujudukan Rasa Kasih Sayang".
Maka dari itu, kata Kiai Zawawi, diperlukan rasa ukhuwah, yaitu rasa persaudaraan yang tulus. Sebab, dalam persaudaraan yang tulus, setiap manusia akan berupaya untuk menolong, membantu, dan membahagiakan orang lain.
Kiai Zawawi menuturkan, setiap insan beriman sejatinya mempunyai tugas untuk berintrospeksi, apakah cara berkomunikasi dan cara bergaulnya bisa menyenangkan orang lain? Jika tidak, berarti harus semakin meningkatkan rasa taqarrub kepada Allah, sampai hatinya bersih dari dendam, egois, merasa benar sendiri, sombong, takabbur, yang membuat komunikasi dengan orang lain menjadi gagal.
“Dan jika kita gagal berkomunikasi secara baik, bisa mungkin gagal sebagai manusia karena hati tidak ikhlas. Itulah pentingnya akhlak yang mulia dan hati yang tulus ikhlas,” ujar Kiai Zawawi, dikutip ngopibareng.id, dari naskah Khutbah Idul Fitri 1439 Hijriah.
Shalat Idul Fitri yang digelar di Masjid Al Akbar Surabaya diikuti oleh puluhan ribu jamaah. Sekitar pukul 04.30 WIB, masyarakat sudah mulai berdatangan memasuki halaman masjid. Pantauan di lokasi, sekitar pukul 05.00 WIB para jamaah sudah memadati ruang dalan Masjid Nasional Al-Akbar. Imam besar Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, KH Abdul Hamid Abdullah menjadi imam salat Idul Fitri 1439 H.
Agenda sholat Idul Fitri ini berjalan dengan lancar dan kondusif. Jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA) Jawa Timur, turut hadir. Sementara Gubernur Jawa Timur, Soekarwo dikabarkan tengah berada di luar negeri sehingga tidak bisa menghadiri agenda Salat Idul Fitri tahun ini bersama masyarakat Jawa Timur.
Kejernihan Pikiran
Kejernihan fikiran manusia sebagai insan yang bertakwa kepada Allah SWT sangat dibutuhkan. "Kalau kita berfikir jernih kita semakin rendah hati untuk mengakui orang-orang yang berjasa mengupayakan kebutuhan kita," terang Kiai Zawawi.
Dengan kejernihan fikiran akan muncul penghargaan untuk memuliakan manusia. Bahwa manusia akan hidup dalam pergaulan yang sempurna, jika bisa menghargai jasa orang lain kepada dirinya. Selain itu, dalam setiap pergaulan manusia memerlukan rasa ‘Ukhuwah’, yaitu rasa persaudaraan yang tulus. Upaya rasa tolong menolong, saling membantu dan membahagiakan orang lain juga dibutuhkan.
"Kita harus semakin meningkatkan rasa taqarrub kepada Allah, sampai hati bersih dari dendam, egois dan merasa benar sendiri," tutur Kiai Zawawi Imron. (adi)