Bermacam Jenis Burung Hantu, Ada Non-nokturnal di Sidoarjo
Burung hantu merupakan hewan unik dan banyak digemari masyarakat, termasuk warga Sidoarjo. Ada bermacam komunitas pecinta burung hantu di Sidoarjo. Salah satunya ialah Latber (Latihan Bersama) Owl.
Tony, Ketua Komunitas Latber Owl menceritakan, terbentuknya komunitas tersebut berawal dari terbatasnya aktivitas ketika pandemi Covid-19. Para penggemar burung hantu berkenalan dan ngobrol melalui media sosial. Mereka kemudian kopi darat (kopdar) sambil membawa hewan kesayangan mereka.
Meskipun masih baru dibentuk pada 2021, komunitas Latber Owl rutin melakukan kopi darat (pertemuan) seminggu sekali. Mereka memilih lokasinya di Alun-alun Sidoarjo.
"Anggota kita ada 17 orang. Sebelumnya kita latihan bareng secara virtual, ketemu di medsos (media sosial) karena sehobi. Kemudian lanjut kopi darat karena satu kota," ucap Tony, Rabu, 15 Juni 2022, malam.
Tony menceritakan, burung hantu miliknya berjenis Bubo Sumatranus. Dia membeli dari seorang teman. Saat membeli burung hantu itu usianya baru tiga bulan. Harganya Rp2 juta.
"Kalau kita rawat dari kecil itu lebih bagus, karena dia sudah terbiasa dengan manusia terutama pemiliknya. Lebih jinak dan penurut," imbuhnya.
Ada banyak jenis burung hantu yang tersebar di Indonesia, antara lain Bubo Sumatranus, Buffy, Obay Oriental, Celepuk, dan Dares. Namun saat ini, burung hantu jenis Dares sudah dilindungi oleh pemerintah karena populasinya terancam punah.
"Masing-masing punya keunikan tersendiri, seperti jenis Buffy dia mempunyai karakter diurnal atau bisa aktif di siang hari, tidak seperti burung hantu pada umumnya yang hanya aktif di malam hari," beber Tony.
Buffy juga suka makan ikan, selain makanan utama seperti burung puyuh, tikus, dan daging ayam. Tony mengatakan, untuk perawatan burung hantu bisa dibilang cukup mudah. Sekali makan, burung hantu memerlukan budget sekira Rp 5.000 sampai 10.000, tergantung usia dan besar kecilnya seekor burung hantu.
Selain itu, ada peralatan yang rutin diganti setiap tiga bulan sekali, yakni anklet (tali) berbahan kulit asli.
"Harus pakai kulit asli angkletnya, agar tidak melukai kaki burung. Jangan pakai tali berbahan lanyard, prusik, atau tali sepatu. Tidak boleh," kata Tony.
Burung hantu bisa mandi sendiri, tinggal di sediakan tempat berisi air, mereka akan mandi dengan cara mengepakkan sayap berkali-kali.
Tony berpesan, jika memberi makan burung hantu, biasakan dikasih makanan hewan hidup agar insting berburunya tidak hilang. Ketika burung hantu sakit, biasanya Tony akan berbagi pengalaman bersama anggota komunitasnya, selagi sakitnya tidak parah.
"Namun jika dirasa sakitnya parah ya harus pergi ke dokter unggas atau dokter hewan exotic," pungkasnya.
Advertisement