Berlindung dari Ilmu Tak Bermanfaat, Pesan Habib Abdullah Haddad
Seseorang datang mengadu kepada Habib Abdullah al-Haddad perihal sesuatu yang memberatkanya ketika akan berbuat baik dan begitu gampang ia tergoda pada kenikmatan syahwat sesaat. Padahal sejatinya ia cintai pada kebaikan dan tidak menyukai keburukan
Jawaban Al-Habib. Perlu diketahui bahwa masalah ini disebabkan oleh empat perkara.
Pertama, ketidaktahuan (al-jahlu). Sedangkan solusinya adalah mendayagunakan ilmu yang ia miliki (meskipun hanya sedikit).
Demkian kisah singkat atas kitab Al-Nafais Al-Ulwiyyah karya Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad, halaman 23.
Penjelasan:
Dari uraian singkat yang didawuhkan Habib Abdullah al-Haddad diatas setidaknya kita bisa memetakan pembagian ilmu sebagai: Pertama, Ilmu yang bermanfaat (berdayaguna) dan kedua, ilmu yang tidak dimanfaatkan.
Contoh kasus, Anda memiliki pengetahuan (ilmu) bahwa merokok di pom bensin sangatlah berbahaya karena bisa memicu timbulnya kebakaran. Akan tetapi pengetahuan anda tentang resiko tersebut tidak mampu melawan hasrat merokok anda yang tinggi.
Meskipun setelah anda merokok tidak terjadi apa-apa, namun sikap anda tersebut secara tidak langsung menjadikan ilmu anda sia-sia.
Contoh lain adalah seorang pengendara sepeda motor yang menerjang rambu-rambu lalulintas. Padahal ia sadar (ber-ilmu) bahwa lampu merah adalah perintah untuk berhenti.
Hal-hal negatif yang menimpa seseorang kerap kali terjadi atas ulahnya sendiri. ia menomor duakan anugerah allah berupa ilmu, nalar, serta kesadaranya demi ego atau kenikmatan sesaat.
Oleh karenanya, Rasulullah Saw pernah berdoa :
أللهم إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا.
Artinya: Ya allah .. sungguh aku berlindung padamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang lengah, dari jiwa yang kurang bersyukur dan dari doa yang tidak didengar._
doa Rasulullah tersebut ternyata menyiratkan makna yang sangat mendalam.
Doa itu seakan memberi sinyal tentang tiga dampak negatif dari ilmu yang tidak bermanfaat secara berurutan dan sistematis.
Tiga dampak tersebut adalah sebagai berikut:
Ketika seseorang tak lagi memiliki prinsip atau pegangan hidup (mengamalkan ilmu) maka jiwanya akan mudah tergiur, Emosi tidak stabil, mudah stres dan lain sebagainya.
Jika sudah begitu, efek selanjutnya adalah jiwa yang selalu haus dan merasa kekurangan, ambisi yang tak berkesudahan, serakah serta mudah merendahkan dan mencibir orang lain.
Seseorang yang lebih memilih jalan bengkok dengan acuh pada "rambu-rambu lalulintas" hukum Tuhan,Tak lagi peduli mana halal mana haram, mana baik mana buruk, pada akhirnya ia akan bertemu dengan jalan buntu. Lantas ia pun "berdoa", memanggil dan meminta tolong. Baik pada Allah atau Pada teman sejawatnya.namun panggilan-panggilan nya kurang didengar dikarenakan telah banyak pihak yang merasa dirugikan dan tersakiti oleh keputusan-keputusanya.
Perkakas Rumah Bersumber Uang Haram
Dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw pernah berkisah ;
ثم ذكر الرجلَ يُطيل السفر، أشعث، أغبر، يمد يديه إلى
السماء: يا رب، يا رب، ومطعمه حرام، وملبسه حرام، وغُذي بالحرام، فأنَّى يُستجاب له؟! رواه مسلم.
Nabi mengisahkan, Seorang laki-laki yang telah melakukan perjalanan jauh, rambutnya acak-acakan dan seluruh tubuhnya kumuh penuh debu. Kemudian lelaki ini menengadah kan tanganya ke langit sembari berdoa " ya Rabbi ya Rabbi.." akan tetapi perkakas rumahnya bersumber dari uang haram, pakaian yang ia kenakan dari harta haram dan ia hidup dari makanan haram. Bagaimana mungkin doanya akan didengar?
Bagi kita, kisah di atas adalah perlambang atau sanepan tentang seseorang yang telah menjalani kehidupan yang cukup panjang, memiliki segudang ilmu dan pengalaman, relasi dimana-mana, usaha sukses namun semua itu ia raih dengan cara yang kurang jujur. Akhirnya ia baru tersadar setelah jatuh terpeleset, dan akhirnya dengan sisa-sisa tenaganya, ia pun melayangkan doa.
"Rambut acak-acakan" mengisyaratkan kekacauan logika berpikir disaat tak ada lagi yang bisa ia andalkan. Sedangkan "baju Kumal berdebu" melambangkan kondisi Ruhani nya yang begitu kotor dan tak terawat.
Semoga hadirnya tahun baru hijriyah ini membawa warna baru bagi perjalanan hidup kita dan semoga kita selalu dalam lindungan dan bimbingan-Nya. (Sholah Muhammad)