Kata Erros Djarot, Setan itu Ada di Tiap Detik
Surabaya: Kantor redaksi Ngopibareng.id, kedatangan tamu penting yakni Erros Djarot. Dia budayawan, seniman, politikus dan wartawan karena pernah memimpin media yang melegenda di era 90an, tabloid Detik.
Erros sengaja mampir ke kantor kami, usai menghadiri undangan Penganugerahan Doktor Honoris Causa bagi Muhaimin Iskandar di Universitas Airlangga.
Kedatangannya lalu disambut Pemimpin Redaksi Ngopibareng.id, M Anis, yang juga kawan lamanya semasa bekerja di tabloid Detik, sebelum dibredel Orde Baru, pada 21 Juni 1994 kala itu.
Di ruang tengah kantor kami, mereka lalu berbincang serius dengan gaya yang santai, sesekali ada bahak tawa terselip di tengah obrolan. Dan tentu saja diiringi sesapan-sesapan dari cangkir suguhan kopi.
"Di dunia jurnalistik, ada media yang memberikan khasanah pencerahan, itu pasti bagus. Dan media yang begitu masih sedikit," ujar Erros, di depan sebagian awak Ngopibareng.id.
"Nah, Ngopibareng.id ini jadi bagian dari yang sedikit itu," lanjutnya.
Erros lalu berkelakar tentang beda dunia jurnalis dulu dan kini, seputar fenomena media cetak yang mulai bergeser ke media daring (online).
"Kalau didunia cetak setan itu jauh, karena waktu dan proses yang lama sebelum terbit. Kalau online sekarang kan setan itu ada ditiap detiknya, karena dituntut harus cepat," ujar Erros, sambil terkekeh.
Erros berpesan, jurnalis kini tak cukup pakai mata dan pikiran, tapi juga harus pakai hati.
"Biasakan di benak kamu kalau ada salah jangan minta maaf, tapi seharusnya berusahalah agar jangan sampai salah," ujarnya. Karena, menurut pepatah, ketajaman kata-kata itu lebih tajam dari seribu pedang, jadi jangan ngawur," Erros berpesan.
"Kamu harus mengetahui paradigma. Paradigma di mana kamu berdiri, dan bagaimana seharusnya kamu berdiri," lanjutnya.
Pukul 19.00 WIB, Erros Djarot beranjak dari kantor Ngopibareng.id, dan melanjutkan perjalanannya. (frd)
Advertisement