Berkunjung ke Desa Tanpa Jalan di Belanda
Akhir pekan lalu, setelah berkunjung ke Volendam saya ke Giethoorn, sebuah desa kecil di provinsi Overijssel, Belanda. Daerah ini sering dijuluki "Venice of the North" atau "Venesia dari Utara."
Yang membuat Giethoorn sangat istimewa adalah tidak adanya jalan di pusat desa ini. Sebagai gantinya, Giethoorn memiliki jaringan kanal yang indah dan dapat dinikmati dengan perahu, yang disebut punters. Ini membuat suasana di Giethoorn sangat damai, karena satu-satunya suara yang terdengar adalah suara dayung di air dan burung-burung bernyanyi.
Sukemi dan keluarga, naik punters atau perahu menyusuri kanal-kanal indah dan damai di Giethoorn, sebuah desa kecil di provinsi Overijssel, Belanda. (Foto:Ngopibareng.Id/Sukemi)
Desa ini dipenuhi dengan jembatan-jembatan kayu yang cantik, rumah-rumah tradisional beratap jerami, serta taman-taman bunga yang terawat dengan baik. Perahu adalah sarana transportasi utama di Giethoorn. Wisatawan dapat menyewa perahu atau menaiki perahu wisata untuk menjelajahi desa melalui kanal-kanal yang tenang. Tarifnya 35 Eruo untuk satu jam. Beberapa wisatawan ada yang menyewanya per hari untuk melakukan aktivitas memancing, dengan menyewa villa di kawasan tersebut. Kapasitas tarif senilai itu untuk 6-8 orang.
Salah satu daya tarik terbaru di Giethoorn adalah Giethoorn Booth, sebuah kios atau stan khusus yang terletak di area strategis di desa ini. Giethoorn Booth memberikan pengalaman unik bagi wisatawan untuk mengenal lebih dalam tentang budaya dan sejarah desa ini.
Di sini, pengunjung bisa mendapatkan berbagai informasi tentang Giethoorn, membeli tiket perahu wisata, atau bahkan menyewa perahu kecil. Giethoorn Booth juga menyediakan panduan interaktif yang menjelaskan tentang sejarah, arsitektur rumah-rumah tradisional, dan flora serta fauna khas yang ada di sekitar kanal.
Selain itu, Giethoorn Booth sering menjual produk-produk lokal, seperti souvenir kerajinan tangan, kartu pos bergambar pemandangan kanal, hingga camilan tradisional khas Belanda. Ini menjadi tempat yang sempurna untuk membeli kenang-kenangan setelah menikmati keindahan Giethoorn.
Giethoorn telah lama menjadi destinasi favorit bagi mereka yang mencari ketenangan, jauh dari hiruk pikuk kota besar. Dengan suasana yang tenang, kanal-kanal yang bersih, serta pemandangan alam yang asri, Giethoorn menawarkan pelarian ideal dari kehidupan sehari-hari.
Giethoorn Booth sendiri menjadi salah satu cara bagi wisatawan untuk lebih mudah mengeksplorasi desa ini. Dengan adanya Giethoorn Booth, para pengunjung tak hanya bisa menikmati keindahan alam, tetapi juga belajar dan lebih menghargai kekayaan budaya Giethoorn yang unik.
Meskipun Giethoorn telah lama dikenal sebagai destinasi wisata unik di Belanda, Giethoorn Booth adalah perkembangan yang lebih baru. Booth ini dibuat sebagai pusat informasi dan layanan untuk wisatawan yang ingin menikmati pengalaman lebih mendalam di desa Giethoorn. Secara spesifik, Giethoorn Booth mulai beroperasi pada awal 2000-an, ketika Giethoorn mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, terutama dari luar negeri.
Giethoorn Booth didirikan untuk merespon lonjakan minat wisata terhadap desa ini. Peningkatan popularitas Giethoorn disebabkan oleh keunikan desa yang tidak memiliki jalan raya, serta kecantikan kanal-kanalnya yang tenang dan rumah-rumah tradisional beratap jerami. Seiring semakin populernya media sosial dan platform perjalanan digital, desa ini semakin dikenal luas, terutama oleh wisatawan dari Asia, seperti Tiongkok dan Jepang. Saya dan keluarga yang dari Indonesia diakhir pekan kemarin memang tidak menemukan orang Indonesia lain, berbeda di lokasi-lokasi wisata lain, selalu berjumpa rombongan dari Indonesia.
Giethoorn pertama kali didirikan sekitar abad ke-13 oleh sekelompok pengungsi dari wilayah Mediterania. Awalnya, Giethoorn merupakan komunitas kecil yang mengandalkan penggalian gambut untuk kehidupan sehari-hari. Selama berabad-abad, penggalian gambut ini membentuk serangkaian kanal alami, yang sekarang menjadi ciri khas Giethoorn. Kanal-kanal ini dulunya digunakan untuk mengangkut hasil gambut, namun seiring waktu berubah menjadi jalur air yang digunakan untuk keperluan harian dan transportasi.
Pada awalnya, Giethoorn adalah desa terpencil yang penduduknya hidup dengan tenang, jauh dari keramaian. Namun, pada tahun 1958, Giethoorn mulai menarik perhatian luas setelah muncul dalam sebuah film Belanda berjudul Fanfare yang disutradarai oleh Bert Haanstra. Film ini menampilkan pemandangan indah Giethoorn, dan segera desa ini menjadi terkenal di kalangan wisatawan lokal dan internasional.
Sejak itu, Giethoorn perlahan mulai dikembangkan sebagai tujuan wisata. Pengelolaan kanal, pemeliharaan rumah-rumah tradisional beratap jerami, serta penataan lingkungan sekitar mulai lebih diperhatikan. Transportasi utama di desa ini tetaplah perahu, yang memberikan pengalaman unik bagi pengunjung yang ingin menjelajahi kanal-kanal sambil menikmati keindahan alam sekitar.
Pada awal 2000-an, dengan semakin berkembangnya industri pariwisata global dan makin terkenalnya Giethoorn sebagai destinasi unik, Giethoorn Booth dibuka. Tujuan utama Giethoorn Booth adalah memberikan layanan terpusat bagi wisatawan, mulai dari penyewaan perahu, informasi tur, hingga penjualan souvenir lokal. Selain itu, Giethoorn Booth juga berperan sebagai penghubung wisatawan dengan budaya dan sejarah lokal melalui program interaktif dan pameran.
Seiring dengan peningkatan jumlah pengunjung, Giethoorn Booth juga memainkan peran penting dalam pengelolaan keramaian turis. Mengingat Giethoorn adalah desa kecil dengan infrastruktur yang terbatas, adanya Giethoorn Booth membantu menjaga keseimbangan.
Sejak didirikan, Booth ini telah membantu ribuan wisatawan memahami keunikan dan keindahan desa ini, serta mendukung pelestarian lingkungan dan budaya lokal. Awal mula Giethoorn sebagai daerah wisata dapat ditelusuri kembali ke film Fanfare tahun 1958, namun popularitas global desa ini baru benar-benar berkembang pesat pada awal abad ke-21, terutama dengan semakin mudahnya akses internet dan platform media sosial yang mempromosikan Giethoorn sebagai salah satu tujuan wisata paling fotogenik di dunia.
Perjalan saya dan keluarga dari Volendam menuju Giethoorn sungguh menakjubkan, melintasi bendungan atau tanggul yang membentang di atas Laut Markermeer. Disepanjang perairan ini, sejauh mata memandang kita bisa menikmati pemandangan turbin angin modern yang menjadi simbol kekuatan energi terbarukan di Belanda. Turbin-turbin angin ini menjadi pemandangan menakjubkan di sepanjang garis laut dan tanggul.
Kincir angin tradisional juga bisa Anda temukan di area pedesaan di sekitar rute menuju Giethoorn, terutama saat melewati provinsi Flevoland dan Overijssel. Meskipun turbin angin modern di Markermeer menjadi daya tarik utama di laut, kincir angin tradisional di daratan tetap menjadi ciri khas lanskap Belanda yang indah dan terkenal. (Sukemi)