Berkunjung ke Ali Fauzi, Umar Patek Minta Maaf Sambil Menangis
Umar Patek, salah satu gembong teroris bom Bali buka suara. Ini kali pertama setelah 11 tahun, sejak ditangkap dan menjalani proses hukum hingga bebas bersyarat dari kurungan jeruji besi Lapas Medaeng, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu, 7 Desember 2022 lalu.
Umar Patek, yang kepalanya pernah dihargai Amerika Serikat 1 juta US Dolar, akhirnya bisa pulang ke kampung halaman di Pemalang, Jawa Tengah.
Tetapi, pria yang memiliki nama asli Hisyam ini memilih njujug (menyasar) ke Markas Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) Lamongan. Persisnya, markas mantan narapidana teroris yang diketuai Ali Fauzi, adik trio bom Bali (Ali Ghufron, Amrozi dan Ali Imron) di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Selasa, 13 Desember 2022.
Kini, penampilan wajahnya tidak sangar seperti fotonya saat masih menjadi buronan teroris. Jampang dan jenggotnya yang selalu lebat, hanya terlihat tipis.
Bicaranya lembut. Ia mengaku sangat bersyukur dan tidak lupa berterima kasih kepada semua pihak, terkait bebas bersyaratnya.
Tidak hanya itu. Umar Patek juga tidak lupa memohon maaf kepada korban bom Bali. Bahkan, air matanya tidak terbendung ketika dia mengungkapkan kata maaf atas sepak terjangnya selaku terorisme yang diperbuatnya waktu itu. Mulai bom Natal 24 Desember 2000 hingga bom Bali 2002.
Hisyam atau yang dikenal dengan Umar Patek, kali pertama membuka kalimatnya dengan mengucapkan terima kasih kepada Presiden RI Joko Widodo dan seluruh jajaran pemerintahannya. Selanjutnya, kepada Menkumham, Dirjen Pas, Kapolri, Kepala BNPT dan Kepala Densus 88.
Termasuk Kalapas Kelas 1 Surabaya di Porong, sejak pertama kali mendekam hingga kalapas terakhir dan seluruh staf.
"Juga kepada seluruh insan pemasyarakatan di Lapas 1 Surabaya di Porong, yang dengan tegas dan humanis menemani saya sehari-hari. Mohon maaf, apabila ada yang terlupa tidak disebutkan namanya," katanya.
Suasana konferensi pers sejenak menjadi sunyi, ketika Umar Patek dengan suara merendah menyampaikan permintaan maafnya. Dia mengaku tidak akan segan-segan dan tidak bosan untuk menyampaikan permohonan maaf yang tak terhingga kepada seluruh korban bom Bali. Baik keluarga korban di dalam negeri maupun luar negeri.
Saya memohon maaf dengan penuh ketulusan dari hati yang paling dalam. Akibat dari bom itu juga berdampak akan kerugian yang sangat besar yang bukan hanya dari Bali saja. Tapi seluruh Indonesia," katanya.
Bersamaan itu, Umar Patek tidak mampu menahan air matanya. Ia melanjutkan, apapun suku bangsa dan agama para korban, ia memohon maaf dengan ketulusan hati.
"Saya juga minta maaf kepada warga Australia yang juga terdampak. Ini adalah kewajiban bagi saya, selamanya untuk menyampaikan permohonan maaf. Karena harapan saya, ini akan menjadi keringanan di yaumul hisab nanti buat saya. Karena semua ini akan dipertanggungjawabkan di hari pembalasan kelak. Saya memohon kepada Allah agar diberi keringanan pada yaumul hisab," imbuhnya, sembari mengusap air matanya.
Janji Bantu Redam Radikalisme
Untuk menebus kesalahannya, Hisyam alias Umar Patek menegaskan, berjanji dan siap membantu meredam radikalisme dan menghilangkan paham-paham ekstrem dan teroris di Indonesia.
Umar Patek didampingi Ali Fauzi juga menyatakan komitmennya untuk membantu pemerintah dalam upaya penanggulangan atau menyadarkan kepada orang-orang agar tidak melakukan tindakan terorisme dan radikalisme bersama Yayasan Lingkar Perdamaian.
"Untuk percaya itu semua, masyarakat cukup melihat nanti dengan perbuatan dan tindakan saya, sesuai program yang akan saya kerjakan bersama Lingkar Perdamaian dan BNPT. Bahwa, kita harus selalu menjaga perdamaian dan mencintai sesama umat manusia apapun suku bangsa dan agamanya," katanya.
Cinta Keluarga adalah Solusi
Tersadar dan kembali ke pangkuan NKRI tidak semudah membalik tangan. Bagi Umar Patek, ternyata solusinya adalah keluarganya. Ia mengakui, keluarga adalah satu satunya yang membuat dirinya sebagai solusi yang tepat.
Keluarganya tetap merangkulnya dengan sebuah pemahaman yang benar, hingga meluluhkan hatinya. Diungkapkan sudah sekian tahun lamanya dia berpisah dengan keluarga dan berdosa, tetapi diakui mereka tetap men-support.
Ketika semua orang membencinya, hanya keluarga yang tetap mencintainya. Demikian juga, keluarga adalah solusi untuk merangkul para terorisme. Karena tidak ada keluarga yang tidak menentang dengan ajaran ekstremisme dan terorisme.
"Itulah yang membuat saya luluh. Dengan itu, saya mulai belajar lagi tentang Islam yang Rahmatallil Alamiin," katanya.
Diketahui, Hisyam alias Umar Patek adalah salah satu aktor penting kasus bom Bali. Dia sempat melarikan diri ke Filipina. Dia ditangkap di Abu Tabay, perbatasan Pakistan dan Afghanistan pada 25 Januari 2011.
Menjalani proses hukum di Indonesia pada 10 Agustus 2011. Setelah divonis hukuman 20 tahun penjara dikirim ke Lapas Kelas 1 Surabaya di Porong. Dan pada 7 Desember 2022 dia dinyatakan bebas bersyarat.