Berkat Ketekunan dan Kesabaran, Ghafa Frame Sukses Dikenal Masyarakat
Usai menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren di Jawa Tengah, membuat Imam Syafii bingung harus kerja apa. Dari situlah, awal mula ia merintis usaha kaligrafi dan pembuatan pigura yang ia beri nama Ghafa Frame.
Meski tak memiliki keterampilan khusus mengenai seni kaligrafi, Imam pun memulai usahanya itu secara otodidak. Bapak satu anak ini pertama kali tertarik menggeluti usaha itu saat sedang melihat kaligrafi di sebuah toko di Tuban.
Dari sana, terbesit keinginan untuk membuat hal yang sama. Apalagi, sebagai lulusan pondok pesantren, ia sangat akrab dengan tulisan huruf Arab. “Saya kemudian beli kaligrafi tersebut. Selain senang, saya juga tertantang untuk bisa membuatnya sendiri,” ungkapnya.
Keinginan kuat itu pun seiring dengan hasil yang didapat Imam. Butuh ketekunan, ketelatenan serta kesabaran untuk menciptakan tulisan kaligrafi yang indah. Berkat kerja keras itulah, karya Imam diminati banyak orang.
Dalam sehari, Ghafa Frame mampu menghasilkan lima hingga tujuh karya kaligrafi, tergantung dari tingkat kerumitan dan tenaga kerja. Bahan baku tidak sulit didapat, hanya saja Imam terkendala modal, tenaga, pemasaran serta tempat.
“Itu yang bikin perkembangannya agak lambat,” tuturnya.
Meski begitu, peminat kaligrafi Ghafa Frame cukup banyak. Apalagi harga yang ditawarkan tidak begitu mahal. Harga kaligrafi Ghafa Frame ini berkisar Rp 100 ribu sampai Rp 1,5 juta.
“Harga Rp 100 ribu itu untuk kaligrafi ukuran 20 x 20 cm dengan tulisan Allah dan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan kaligrafi ukuran 1 m x 150 cm dengan tulisan Ayat Kursi dilepas dengan harga Rp 1,5 juta,” ucapnya.
Usaha yang ia rintis sejak 2008 ini dipasarkan di wilyah Tuban, Lamongan, Demak, bahkan sampai Medan dan Kalimantan. Dalam sebulan Imam mampu meraup omzet hingga Rp 40 juta.
Selain kaligrafi, pria berusia 38 tahun ini juga mengerjakan pesanan frame foto dari studio foto di Tuban. Menurutnya, usaha kaligrafi dan pembuatan piguranya masih mempunyai prospek yang bagus.
Dari usaha inilah, Imam mampu memperbaiki rumah dan membeli sebuah mobil minivan. Ia mengaku jika usahanya ini tak lepas dari bantuan Semen Indonesia. “Semua ini juga berkat bantuan dari Semen Indonesia. Saya dapat bantuan pinjaman modal dengan bunga rendah, sampai kesempatan mengikuti pameran,” ungkap pria yang menjadi mitra binaan Semen Indonesia sejak 2012. (amm)