Berkah Ramadan dengan Ngaji Kitab, Pesan Ustaz Ma'ruf Khozin
Ramadan yang lalu-lalu, seperti kebiasaan santri, saya tetap mengaji kitab-kitab khazanah pesantren, baik untuk di pesantren atau di luar pesantren. Waktu luangnya sering saya gunakan untuk menulis buku. Biasanya buku-buku saya yang terbitkan setelah hari sebanyak dua atau tiga judul.
Tahun ini pesantren kami kedatangan beberapa santri menengah atas, setidaknya sedang mempelajari Alfiyah Ibnu Malik berkaitan dengan gramatika Arab. Mereka meminta kepada saya untuk ngaji Bab Akidah Aswaja dan dalil-dalil Aswaja. Saya tawarkan kitab karya KH Muhyiddin Abdussamad, Jember, berjudul Al-Hujaj Al-Qath'iyah. Alhamdulillah mereka menyetujui.
Setelah saya sadari kitab ini tebal sekali, sekitar 330 halaman. Ya Rabb, sepertinya saya tidak mampu membaca kitab ini seorang diri. Karena kewajiban saya tidak sekedar membacakan teks-teks dan maknanya, tapi harus ada kesiapan belajar sendiri sebelum mengajarkan kitab tersebut.
Memori teringat pada tahun-tahun di bawah 2010, saat saya mengusulkan ngaji kitab di Al-Inabah, Ploso Tambaksari Surabaya. Saya sebarkan selebaran foto kopi, tapi sayangnya saat itu tidak ada yang berminat. Tidak ada rasa kecewa. Sebab saya yakin bahwa niat melakukan kebaikan sudah berpahala meski belum diamalkan.
Pengasuh Ma'had Al Inabah tersebut adalah Kiai Kang Lukman . Setelah saya ajak tahun ini untuk membacakan kitab Al-Hujaj Al-Qathiyah dari awal hingga pertengahan Bab Haji, Alhamdulillah beliau berkenan. Jam mengajar beliau adalah pagi dimulai jam 8. Sementara saya dari pertengahan hingga Bab akhir, waktu saya adalah Asar dan setelah Tarawih.
Tidak hanya santri-santri besar yang mengaji kitab, juga beberapa santri belia yang kami didik dengan program Juz Amma dan kitab-kitab pondasi santri, yaitu Sullamut Taufiq dan Ta'lim Al-Mutaallim.
Saya berkewajiban memuliakan para pencari ilmu agama ini ke pesantren kami, karena secara etika keilmuan sudah sesuai dengan Amaliah ulama Salaf, seperti yang diriwayatkan dari Imam Malik:
العلم يؤتى ولا يأتي
"Ilmu itu didatangi (ke tempatnya). Bukan mendatangi" (Syekh Umar Al-Asyqar, Al-Madkhal ila Dirawat Al-Madzahib wal Madaris Al-Fiqhiyyah, hal. 136)
KH Ihya', Pujon Malang
Pertama mendengar nama beliau adalah saat teman sekamar di pondok, Ust Saifur Saiful Rijal Zain, hendak melanjutkan ke Sayid Muhammad al-Maliki di Makkah. Ust Rijal menjalani pendidikan di Al-Haramain Pujon selama beberapa bulan kemudian berhasil belajar di Rushaifah, Makkah Al-Mukarramah.
Setelah saya pindah ke Surabaya, makin hari makin sering mendengar nama Kiai Ihya'. Dari santri-santrinya terdengar akrab nama sebutan kemuliaan Abi Ihya'.
Pernah berjumpa dengan seorang dokter yang sudah menjadi Direktur Rumah Sakit, beliau berkisah bahwa sejak beliau kuliah kedokteran sudah dibina oleh Kiai Ihya'. Demikian pula saat hendak ngaji rutin di RSI NU A Yani sudah ada jadwal kajian Kiai Ihya'. Akhirnya saya tahu sosok beliau saat pengajian Kitab Mafahim di TV9 setelah Subuh.
Para alumni Sayid Muhammad memiliki wadah organisasi, Ash-Shafwah. Salah satu perangkat organisasinya bernama Hawari, yang diketuai oleh Bang Oemar Hawariy. Setelah beliau meminta saya menjadi nara sumber pada pelatihan kitab Mafahim, mau tidak mau saya harus sowan langsung ke Kiai Ihya'.
Alhamdulillah di pertemuan pertama kami langsung merasa tersambung sebab saya menceritakan kerawuhan Sayid Muhammad di pondok kakek kami di Malang. Kiai Ihya' dawuh: "Oh enggih, saya yang menyertai Sayid Muhammad".
Beberapa kali berjumpa sekilas dengan beliau, saya cium tangan beliau dan beliau masih mengenali saya. Termasuk ketika takziyah saat wafatnya KH Minanurrahman bin KH Utsman Al-Ishaqi di Surabaya. Semua pertemuan tanpa foto. Sebab saya masih merasa seorang santri yang kurang etis jika mengajak foto gurunya.
Kecuali kemarin saat takziyah di Lumajang. Kiai Ihya' mengajak saya untuk berfoto bersama tuan rumah, Lora Kholili. Kiai Ihya' bertanya dengan bahasa yang aslinya Jawa: "Kok bisa di sini?" Saya jawab bahwa istri Ra Kholili adalah sepupu Abah saya di Malang.
Teriring doa untuk Kiai Ihya':
أبقاه الله بالسلامة والعافية والبركة ونفعنا بعلومه
Demikian catatan Ust Muhammad Ma'ruf Khozin, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Suramadu, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur.