Berkaca Bongbong Marcos
oleh: Antonius Benny Susetyo
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah (Ketua DP) Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
DEMOKRASI Pancasila harus selalu ditegakkan demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Fenomena di dunia politik Indonesia saat ini cukup mengkhawatirkan.
Jelas, dengan putusan MK (Mahkamah Konstitusi) dan kemudian MKMK (Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi), terlihat jelas sistem dan proses demokrasi yang sudah susah-susah dibangun semenjak runtuhnya orde baru, mulai dirusak. Ini yang harus disadari oleh kita semua.
Kita perlu angkat masalah bagaimana kekuasaan otoriter kembali berkuasa, terutama di Filipina. Bongbong Marcos contohnya, bagaimana kemudian kekuasaan otoriter yang dipimpin bapaknya digambarkan sebagai masa kejayaan, masa keemasan, dari Filipina.
Masyarakat melupakan bagaimana perjuangan berat masyarakat Filipina dulu melepaskan dari pemerintahan otoriter Marcos Senior, lupa sejarah negaranya sendiri.
Dan sekarang yang terjadi di kita, sistem dirusak. Politik dinasti dengan merusak sistem yang sudah tertata, ini menjadi masalah yang harusnya kita pedulikan. Ini monopoli, oligarki, nepotisme, sampai dirusak peraturan kita. Ini berlawanan, jelas berlawanan, dengan Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Selamatkan Demokrasi Pancasila
Demokrasi berlandaskan Pancasila harus diselamatkan. Kita selamatkan demokrasi Pancasila, dengan teguh berpegang pada sistem konstitusi itu sendiri.
Jika politik dinasti ini kita diamkan, akan sulit diatasi. Saya tahu ini membuat kita berada di posisi yang tidak mudah, tapi kita harus bisa membangun demokrasi yang sehat.
Kehancuran sistem dan proses demokrasi, yang sekarang Indonesia sangat besar bisa hadapi kemudian, akan mengganggu stabilitas.
Investor banyak yang diam dan tidak banyak melakukan hal-hal, mereka menunggu, ini bisa jadi masalah. Kita, masyarakat, harus sadar, bahwa politik mempengaruhi hampir semua aspek dalam berbangsa dan bernegara.
Kalau ekonomi hancur, kesejahteraan juga hancur. Ini nilai keadilan sosial juga jadi semakin jauh terlaksana.
Yang bisa dilakukan sekarang oleh peserta adalah menjadi masyarakat yang cerdas politik. Saya mengajak kita semua disini untuk menjadi masyarakat yang cerdas.
Jangan mudah termakan emosi sesaat, tetapi tetap berpikir rasional. Cari tahu semua calon yang ada, rekam jejaknya, prestasinya, kelemahannya; yang penting, dan saya mengutip Romo Magnis, pilihlah yang terbaik dari yang terburuk. Dan satu lagi, ajak, didik, dan diskusilah dengan pemilih pemula.
Mereka sangat butuh panduan dan 'teman' untuk berbicara. Mereka perlu kita bantu untuk mengenal sejarah, mengenal berpikir kritis, dan bijak membaca media sosial serta memilah mana influence yang baik atau yang buruk.
Pancasila itu disahkan di konstitusi, dan itu kesepakatan bersama. Demokrasi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila dan nilai-nilai di dalamnya. Ini juga yang harus kita kerjakan dan ajarkan kepada generasi muda kita.
Sebuah pernyataan penutup, Saya tahu saat ini saat yang sulit, tetapi kiranya Tuhan bersama kita, sehingga yang terbaik yang terjadi bagi bangsa Indonesia, karena saya tahu, tidak ada satupun diantara kita yang menginginkan Indonesia gagal.
Mari, jadi pemilih yang kritis, demi menjaga demokrasi berlandaskan Pancasila.
*) Disampaikan pada Seminar Peduli Bangsa dengan tema "Jemaat yang Berperan dan Berhikmat dalam Menyambut Pemilu 2024" di Gereja Kristus Ketapang, Jakarta, Sabtu 20 Januari 2024.