Berjalan-jalan Mengenal Tetangga, Sembari Berbelanja
Pasar biasanya hanya berada di lokasi yang sama dan berdekatan antara satu sama lain. Namun, pasar tetangga memberikan hal yang berbeda dengan mengajak pengunjungnya untuk berjalan-jalan mengenal tetangga dan lingkungan sekitar sembari berbelanja.
Pasar tetangga ini terdapat di tiga tempat: C2O Library and Collabtive, Place Marker Cultur Space serta Multifunction Space Qubicle Surapati, dimana di setiap tempatnya ada 8 tenan yang tersedia.
"Biasanya pasar hanya ada di satu lokasi saja, tapi ini kami ada di tiga tempat sekaligus." ujar Kathleen Azali, founder dan strategic advisor C2O Library and Collabtive.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu lokasi ke lokasi lain, lanjut Kathleen, hanya sekitar lima sampai 10 menit.
"Kami mendorong orang-orang untuk berjalan kaki dan melihat tetangga atau memperhatikan lingkungan sekitarnya, karena dengan kecangihan teknologi sekarang orang-orang cenderung malas bergerak," ujar Kathleen.
Dalam memudahkan pengunjungnya, kata Kathleen pasar tetangga meyediakan peta rute perjalanan dari satu titik ke titik lainnya. Juga mendetailkan apa saja yang akan dilihat sepanjang perjalanan.
"Jadi di petanya kita detailkan juga disini ada warung, ada ini, ada itu agar mereka juga peduli dengan lingkungannya, selain itu kami juga menghimbau agar setiap pengunjung membawa jas hujan, payung dan alas kaki untuk keselamatan di musim hujan," jelas Kathleen.
Kathleen juga berujar, untuk pengunjung disarankan membawa wadah plastik atau tas kain untuk belanjaanya. Hal ini dilakukan agar mereka sedikit mulai sedikit mengurangi penggunaan wadah plastik sekali buang.
"Bila di sini belanja lalu meminta tas plastik tambahan akan dikenakan biaya tambahan juga," imbuhnya.
Berbagai tenan industri rumahan berpartisipasi dalam pasar tetangga yang baru pertama kali diadakan ini. Mulai dari tenan preloved, produk, artisanal, hingga food and beverage.
Seperti Salsecloset yang menjual baju-baju secondhand, Itsnave.id yang menjual barang-barang untuk hadiah, hingga Hayati Organik yang menjajakkan makanan organik segar.
"Untuk para tenan kami seleksi terlebih dahulu karena space kami juga terbatas. Ada beberapa kategori tenan antara lain makanan dan minuman ringan, barang buatan, hingga daur ulang barang bekas," jelas Kathleen.
Adapun kriteria tenan adalah produknya tidak diproduksi secara masal atau merupakan buatan rumahan industri mikro. Kemasan juga menjadi kriteria penting dalam hal ini, karena diutamakan kemasan yang digunakan tidak sekali buang dan tidak berbuat dari plastik.
Seperti salah satu tenan bernama Djhan Craft milik Djazillah Hanim, menawarkan hasil kerajinan sulaman karyanya sendiri seperti tas dari perpaduan kain goni dan kain kanvas, dompet kecil dari tutup galon yang tidak terpakai sampai tempat minum.
"Ini semua saya produksi sendiri dan saya pasarkan lewat Instagram, seperti dompet kecil ini saya memanfaatkan tutup galon untuk tatakan dalamnya, bisa untuk tempat cincin atau tempat uang," kata Hanim saat ditemui di tenan yang berada di C2O Library.
Hanim mengatakan kalau dengan adanya market place untuk industri rumahan ini bisa memfasilitasinya untuk memperkenalkan produknya secara langsung.
"Saya senang bisa interaksi langsung dengan pelanggan yang bisanya hanya berinteraksi lewat medsos," kata dia.
Harga kerajinan tangan milik hanum ini dijual mulai harga 20 ribu sampai 300 ribu tergantung bahan dan tingkat kesulitanya.
Salah satu pengunjung, Fania Irma (26 tahun) mengaku baru pertama kali datang pada konsep pasar seperti ini dan menurunnya ini ide yang menarik agar orang bisa bergerak dengan senang hati.
"Baru sih yang seperti ini, tapi bagus buat kita olahraga karena jalan kaki, tenannya juga banyak jadi banyak pilihan," tutur Fania. (pit)
Advertisement