Visuarekan Ketiga, Pameran Sarat Teknologi Skala Internasional
Memberi pengalaman berbeda dalam menikmati karya seni, inilah semangat yang hendak disampaikan pameran seni media baru Visuarekan Ketiga yang bertajuk “Peta Logika”. Terdapat 20 seniman dari delapan negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, China, Irlandia, Jerman, Ukraina dan Australia, berpartisipasi di pameran ini.
Setiap karya seni yang ditampilkan dalam gelaran sarat penggunaan teknologi baru berskala Internasional ini, mengajak penikmat seni berinteraksi dan menikmati secara langsung karya para seniman.
Salah satu karya seni yang mencuri perhatian ialah buatan Kartika Oktorina atau akrab disapa KAE, berjudul "Galaxy of Creatures". KAE menyajikan karya seni berbasis pemrograman dan mengajak penikmat seni berinteraksi secara langsung. Lewat bantuan digital, setiap orang dapat melihat bahwa setiap bagian tubuh mereka bisa membentuk rasi bintang.
"Karya ini hadir dari pengalaman saya yang hampir 5 tahun bekerja di planetarium dan setiap hari melihat bintang. Karena itu, saat melihat bintang seperti melihat diri sendiri. Karya ini mempertanyakan tentang kehidupan manusia dan semesta,"ujar KAE.
"Fakta menyatakan bahwa manusia berbagi komponen yang sama dengan bintang dan benda langit lainnya. Manusia tidak lebih dari debu-debu bintang yang berbagi ruang di alam semesta," tambahnya.
Selain karya KAE, Ada pula karya Waret Khunacharoensap alias Tee dari Thailand. Karyanya terinspirasi dari situasi politik di negaranya. Tentang penderitaan penduduk yang muncul akibat kudeta di Thailand dan terbentuknya Tentara Revolusi, 8 tahun lalu.
Karya ini divisualisasikan dengan layar hijau untuk parodi tentara revolusi’ di Thailand dan menggunakan patung orang untuk mewakili siapa yang menjadi korban.
Direktur Visuarekan Ketiga, Sito Fossy Biosa menambahkan, karya-karya para
seniman dalam pameran seni media baru ini bisa disaksikan oleh siapapun. Pasalnya, kekuatan seni media baru adalah karya interaktif.
“Orang akan diajak merasakan langsung apa yang ingin disampaikan seniman lewat karyanya. Pengunjung yang mengerti seni, baru tertarik pada seni, atau yang sama sekali tidak mengerti kesenian akan bisa menikmati karya-karya yang ada di Visuarekan,” jelas Osa, sapaan akrab Sito Fossy Biosa.
Untuk diketahui, jika dua tahun sebelumnya Visuarekan hadir untuk merayakan World Day for Audiovisual Heritage setiap 27 Oktober, Visuarekan Ketiga berbeda, karena sekaligus memperingati National Absurdity Day pada 20 Oktober. Inilah alasan pembukaan Visuarekan Ketiga dilakukan Sabtu, 20 Oktober 2021.
Hal lain yang membuat pameran ini beda dari tahun-tahun sebelumnya adalah diselenggarakan secara hibrida (online dan offline). Pameran luring dilaksanakan di n0lkecil Creative Space Surabaya dan daring (online) di website serbukayu.org.