Berikutnya Ramaikan Plaza Balai Pemuda, Bu Risma!
Bangunan Balai Pemuda Surabaya terlihat makin megah. Ini setelah proyek pembangunan parkir bawah tanah kawasan itu selesai. Keindahan gedung warisan Belanda itu makin terlihat setelah pagar pembatas proyek dibuka.
Rasanya Balai Pemuda semakin menjadi ikon baru Surabaya. Menjadi landmark yang menarik bagi publik kota ini. Ia tidak hanya menjadi pusat kegiatan, tapi juga plaza kota yang makin punya manfaat banyak bila dikelola dengan kreatif dan benar.
Saya termasuk yang sangat senang ketika Walikota Tri Risma Harini membangun parkir bawah tanah di Bali Pemuda. Sehingga ada plaza atau ruang terbuka di pusat kegiatan tengah kota itu. Plaza milik publik yang bisa jadi tempat interaksi sosial warga.
Salah satu tugas utama pemerintah memang menyediakan ruang interaksi publik. Ruang terbuka, baik yang hijau maupun tidak. Ruang yang bisa menjadi tempat kumpul warga kota sehingga mereka tidak teralienasi dari hirup pikuk perkembangan kota.
Karena itu, ketika saya bersama Pak Bambang DH di pemerintah Kota Surabaya, pengadaan ruang publik menjadi prioritas. Interaksi antar warga dalam suatu tempat --baik yang teragenda maupun tidak-- sangat penting untuk membangun soliditas warga.
Demikian juga dengan keberadaan Balai Pemuda Surabaya. Inilah tempat yang berada di tengah jantung kota. Lokasinya yang strategis menjadikan komplek tersebut sangat menarik untuk menjadi pusat kegiatan warga dari berbagai lapisan dan kalangan.
Maka kebutuhan akan ruang terbuka yang bisa digunakan untuk kegiatan menjadi sangat penting. Dulu, ruang terbuka itu terkendala oleh tempat parkir kendaraan. Sementara di sekitar Balai Pemuda tidak ada lahan yang cukup untuk itu.
Maka yang paling realistik adalah membangun parkir bawah tanah. Pada saat itu, gagasan tersebut pernah saya sampaikan dalam rapat koordinasi dengan para kepala dinas. Namun, tidak bisa dilanjutkan karena secara teknis takut merusak bangunan heritage yang ada di sana.
"Kita khawatir bangunan cagar budayanya rusak,'' kata Kepala Dinas Tata Kota dan Cipta Karya saat itu. Pendapat ini juga dikuatkan para pejabat lainnya sehingga pikiran membangun tempat parkir di bawah tanah kompleks Balai Pemuda tak bergayung sambut.
Kini, bangunan parkir bawah tanah itu sudah terealisasi. Tentu dengan adanya teknologi baru yang lebih canggih. Yang tidak mungkin merusak bangunan cagar budaya yang usianya sudah ratusan tahun. Cagar budayanya terjaga, ide barunya yang lebih baik terlaksana.
Walikota Surabaya Tri Risma Harini mungkin tak bermaksud meneruskan ide lama yang pernah muncul. Bahkan, dia bisa saja tidak tahu pernah muncul gagasan seperti itu sebelumnya. Tapi keputusan dia membangun parkir bawah tanah itu akan menjadi legacy yang istimewa.
Apalagi apa yang dilakukan dengan penataan kembali Balai Pemuda ini jauh lebih bagus. Tidak hanya sebagian ruang kosong yang dibangun lapangan parikir bawah tanah. Bahkan akan ada jembatan penyeberangan bawah tanah untuk mempermudah orang ke Balai Pemuda. Hebat.
Saya termasuk yang percaya bahwa tidak semua orang yang merencanakan bisa mewujudkan. Jaringan tol nasional, contohnya. Jaringan jalan bebas hambatan itu sebetulnya sudah ada sejak Zaman Pak Harto. Tapi penguasa Orde Baru itu hanya bisa mewujudkan sebagian.
Pemerintahan Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri juga hanya menambah ruas jalan tol yang dibangun. Demikian juga pemerintahan Pak SBY selama dua periode. Nah, saat ini, jaringan jalan tol nasional yang sudah menjadi undang-undang itu kini yang sedang dituntaskan Pak Jokowi.
Kembali ke kompleks Balai Pemuda Surabaya. Setelah parkir bawah tanah terbangun, maka ruang terbukanya menjadi plasa. Plaza yang berasal dari bahasa Spanyol ini artinya lapangan yang menggambarkan terbuka untuk umum di perkotaan.
Maka di atas parkir bawah tanah komples Balai Pemuda ini sekarang telah menjadi plaza. Ia menjadi ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan untuk umum melakukan berbagai kegiatan. Bisa pertunjukan maupun kegiatan lainnya.
Saya membayangkan jika Plaza yang membentang antara ruang merah putih dengan ruang pertemuan itu menjadi tempat pertunjukan rutin warga. Mulai dengan pertunjukan seni tradisional sampai dengan pertunjukan untuk para kaum mileneal.
Karena itu, diperlukan panggung permanen yang lengkap dengan peralatan pendukungnya. Seperti sound system maupun lighting system yang bisa digunakan setiap saat. Pengelolaannya ditangani manajemen Balai Pemuda.
Di tempat itu, orang bisa menyaksikan pertunjukan jazz atau aliran musik lainnya dari para musisi-musisi pemula kota Surabaya. Bisa berasal dari band SMA/SMK maupun band kampus yang ada. Apalagi kalau untuk bisa tampil di plaza itu harus melalui kurator yang mumpuni.
Bisa dibayangkan, selain akan menjadi tempat interaksi sosial warga, plaza akan menjadi tempat bagi seleksi calon musisi besar di negeri ini. Menjadi tempat pasti untuk menyalurkan berbagai bakat dan prestasi warganya.
Ayo Bu Risma, tugaskan anak buah untuk merancang manajemen kegiatan Plaza Balai Pemuda yang bisa melahirkan prestasi anak-anak Surabaya. Dukung mereka dengan fasilitas yang mumpuni di tempat yang ngangeni.
Jadi setelah berhasil membangun Plaza Balai Pemuda, kini saatnya meramaikannya. Juga menjadikan tempat itu tempat berkumpulnya warga dengan segala kegiatan kreatifnya.
Atau mungkin njenengan sudah menyiapkan program kegiatan yang lebih ciamik? (Arif Afandi)