Beri Edukasi Penanganan Bencana dengan Game Save Your Soul
Selama tiga bulan terakhir, beberapa daerah di Indonesia diporak-porandakan oleh gempa hingga tsunami. Hal itu dikarenakan negara kepulauan ini terletak diantara tiga lempeng besar, yaitu Eurasia, Idoaustralia, dan Pasifik yang mengakibatkan bangsa Indonesia mengalami bencana alam.
Meski begitu, pendidikan tanggap bencana yang dilakukan Indonesia belum dilakukan secara massif dan intensif. Hal ini bisa dilihat dari ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam dengan jumlah korban jiwa yang cukup tinggi. Belum lagi, persoalan psikologis korban usai mengalami bencana alam.
Melihat hal itu, mahasiswa jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Surabaya (STTS), Fernandito Stanford membuat permainan edukasi mengenai penanggulangan bencana yang dirancang untuk anak-anak yang diberi nama 'Love Your Soul'. “Indonesia ini rawan bencana. Tapi edukasi untuk anak-anak masih kurang. Jadi jika anak main game ini, mereka bisa teredukasi jika terjadi bencana alam,” jelas Dito.
Dalam game tersebut, para pemain dapat mengontrol karakter anak kecil. Tugasnya berinteraksi dengan lingkungan dan objek untuk melindungi diri dan menyiapkan diri saat ada bencana. “Ada lima skenario bencana. Ada gempa, kebakaran, hutan, banjir, dan badai. Kemudian ada pula situasi di pengungsian” ucap Dito.
Untuk sistem permainannya, pria asli Surabaya ini menuturkan jika pemain harus melakukan tugas yang dilakukan sesuai dengan kondisi bencana. Misalnya, saat gempa pemain diminta untuk berlindung. Setelah gempa selesai, akan ada instruksi untuk membawa barang-barang berharga.
“Barang-barang ini ada berbagai opsi. Seperti P3K, komik, dan lainnya. Nanti di akhir permainan ada penilaian barang bawaan yang dibawa ini penting atau tidak,” tuturnya.
Sementara untuk fitur pengungsian digunakan agar lebih melatih moral anak dalam bersikap dalam pengungsian. Seperti sikap antri, setiap mendapat bantuan di pengungsian. “Nah, kalau tidak menjalankan intruksi akan game over. Karena dianggap tidak menyelamatkan diri,” kata Dito.
Dito mengaku, Jika dalam proses pembuatan game ini menghabiskan waktu empat hingga lima bulan. Meskipun saat ini masih digunakan untuk permainan dekstop, akan tetapi sudah bisa dikembangkan untuk mobile.
“Game ini juga menjadi tugas akhir saya. 90 persen harus menggambar, itu yang menjadi kesulitas saya. Karena untuk menggambat objek yang konsisiten agak sulit,” pungkasnya. (amm)