Berhasil Mendunia, Ini Teladan Ulama Nusantara
Generasi Muslim dari wilayah Nusantara dalam hal kualitas keilmuan diharap jangan minder pada generasi Muslim Arab. Karena, sangat banyak ulama asal Nusantara sejak lahir berbahasa Jawa, namun karya-karyanya diakui dunia internasional.
KH Nasrulloh Afandi mengungkapkan hal itu, dalam pesan-pesan keislaman, dikutip ngopibareng.id, Kamis 21 Maret 2019.
"Ulama besar Nahwu Sharaf seperti Imam Ash-Shanhaji pengarang kitab Nahwu sangat terkenal, Al-Jurmiyyah yang hingga kini menjadi rujukan Ilmu Nahwu tingkat dasar seluruh dunia, khususnya pesantren-pesantren di Nusantara, beliau berasal dari pinggiran bagian negara Maroko, dari Suku ash-shanhaj yang merupakan bagian dari suku al-Jurrumy, bahasa asli beliau, bukanlah bahasa Arab," tutur alumnus Pesantren Lirboyo Kediri itu.
"Jadi, sudah semestinya para generasi Muslim Nusantara, meski berasal dari suku yang bukan berbahasa Arab, untuk optimis akan mampu bersaing mewarnai gelangggang keilmuan Islam di tingkat Internasional yang mayoritas bersumber referensi berbahasa Arab itu."
Bahkan kitab Alfiyah Ibnu Malik, lanjut Gus Nasrul, sapaan akrabnya, yang diakui kitab ilmu Nahwu Sharaf terbaik sepanjang zaman yang hingga kini belum tertandingi, sejarah mencacat beliau Imam Ibnu Malik pengarang kitab tersebut adalah keturunan dan kelahiran Andalusia Spanyol.
"Oleh karena itu, di akhir nama beliau tertulis al-Andalusy, diambil dari kata Andalusia Spanyol tanah kelahiran beliau," tutur kiai muda Khatib Jumat Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) itu.
Dunia pun mengakui, Imam Nawawi putra Banten, karya-karya beliau dalam bahasa Arab beredar seluruh dunia. "Yang jumlahnya lebih dari seratus, dengan berbagai disiplin keilmuan, tasawuf, fikih, dan lainnya," papar Gus Nasrul peraih Doktor Maqashidus Syariah Cumlaude Universitas al-Qurawiyin Maroko itu.
Ada juga Syekh Ihsan Jampes Kediri. Selain sejumlah kitab karyanya yang berabahasa Arab yang beredar seluruh dunia juga dengan magnum opusnya kitab Sirajut Thalibin, syarah kitab Minhajul Abidin karya Imam Ghazali.
Kitab tersebut banyak dijadikan rujukan akademisi di negara-negara Arab dan negara bagian Timut Tengah dan sejumlah ulama besar asal Nusantara lainnya, Seperti Syekh Yasin al-Fadani dan lainnya. Karya-karyanya dalam Bahasa Arab juga beredar luas di berbagai penjuru dunia dan diakui oleh para ilmuwan Muslim atau ulama kelas dunia.
Jadi, sudah semestinya para generasi Muslim Nusantara, meski berasal dari suku yang bukan berbahasa Arab, untuk optimis akan mampu bersaing mewarnai gelangggang keilmuan Islam di tingkat Internasional yang mayoritas bersumber referensi berbahasa Arab itu.
Demikian kata Wakil Katib PWNU Jateng. (adi)