Berebut Jual Nyaman di Maskapai Penerbangan
Makin banyak maskapai berebut menyenangkan pelanggan. Ini yang baru saya tahu saat selama sepekan terakhir banyak melakukan perjalanan.
Menyenangkan? Ya. Mulai dari ground handling sampai cabin handling. Sejak saat booking tiket sampai dengan check in. Mulai ruang tunggu sampai boarding.
Selama sepekan, saya memang harus melakukan perjalanan ke berbagai kota. Ke Denpasar untuk menghadiri peresmian patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali.
Lalu ke Yogyakarta untuk menghadiri Haul Mbah Nur Iman di Mlangi. Juga betemu musisi Jadug Ferianto dan kawan-kawan untuk mempersiapkan sebuah even kebudayaan.
Selesai? Belum. Setelah menginap semalam di kota gudeg, masih harus meneruskan urusan di Jakarta. Mulai dari mendampingi Pengurus DPP REI rapat dengan stafsus presiden sampai dengan urusan profesional lainnya.
Sudah beberapa saat, saya tak lagi pilih-pilih maskapai dalam setiap perjalanan. Patokannya hanyalah waktu yang tersedia dan yang paling gampang terjangkau. Tidak harus dengan Garuda.
Apalagi jika ke Jakarta. Rasanya lebih nyaman menggunakan maskapai yang mendarat di Halim Perdana Kusuma ketimbang Soekarno-Hatta.
Lho mengapa? Di Jakarta, Halim lebih dekat dengan pusat kota. Terminalnya kecil sehingga tidak perlu membuang tenaga untuk menemukan gerbang tempat pemberangkatan.
Tak hanya itu. Karena maskapai yang terbang dan mendarat tak sebanyak di Soekarno-Hatta, maka proses check in-nya juga jarang uyel-uyelan. Lebih longgar ketimbang di bandara Cengkareng, Tangerang.
Semua penerbangan ke Halim selalu melalui terminal satu Juanda. Selain lebih dekat rumah, aksesnya lebih leluasa. Masuk tol waru langsung ke Juanda. Di terminal dua, macet selalu menghantui kawasan Aloha.
Pulangnya juga demikian. Keluar bandara, masuk tol, keluar pintu Rungkut melalui SIER sudah hampir nyampai rumah. Lancar dan tak ruwet di jalan.
Kembali ke maskapai penerbangan. Dulu memesan tiket harus lewat agen perjalanan. Atau datang langsung alias go show di bandara. Kini kita bisa memilih dan beli tiket penerbangan lewat aplikasi. Gampang.
Saya jadi teringat kali pertama beli tiket secara online. Itu terjadi tahun 2001 di Amerika. Belum ada aplikasi di gadget. Harus lewat pemesanan online di komputer.
Saya memesan tiket secara online untuk perjalanan dari Columbus ke Chicago. Untuk nemui Pak William Liddle, Indonesianis yang juga dosen Ohio State University. Juga menengok Dody Kuskrido, pengamat politik UGM yang sedang kuliah di sana.
Terbang ke Chicago untuk menemui Pak Dwight King, dosen hgcaNorthern Illinois University di Dekalb. Sekalian nyambangi Anies Baswedan yang sedang menyelesaikan program doktornya di kampus yang sepi itu.
Saat itu, pesan tiket melalui komputer sudah merasa maju luar biasa. "Kapan ya yang seperti ini ada di Indonesia," batin saya. Saat itu, pesan lewat online sudah terasa murah dan mudah.
Tidak sampai dua dasawarsa di sini sudah terjadi. Pesan tiket pesawat tidak perlu ke agen perjalanan. Bisa milih maskapai penerbangan sesukanya. Kapan saja di mana saja. Bisa memilih harga yang paling murah.
Belakangan tak hanya pesan tiket. Check in pun bisa dilakukan sendiri. Termasuk memilih kursi yang kita inginkan. Favorit saya di selasar. Di kursi pintu darurat bagian belakang. Inilah kursi paling longgar untuk selonjorkan kaki.
Biasanya saya menyukai maskapai yang ada hiburannya. Sekadar untuk menghibur sejenak ketika tidak bisa tidur di pesawat. Favorit saya nonton Just for Laughs atau Just Kidding. Terkadang ngakak sendiri.
Dulu yang ada fasilitas hiburannya hanya Garuda dan Batik. Maskapai dengan layanan penuh. Bedanya di Garuda disediakan headset, di Batik harus bawa sendiri. Kalau lupa bawa headset ya hanya bisa lihat gambar tanpa suara. Menyaksikan film bisu.
Kini Sriwijaya Ari memberi layanan baru inflight entertainment lewat gadget masing-masing. Cukup akses wifi onboard untuk sejumlah jalur penerbangan, kita juga bisa menikmati hiburan yang disiapkan maskapai itu di atas pesawat.
"Ya kami berkomitmen untuk terus meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan baik di darat maupun di atas pesawat," kata Direktur Pemasaran Sriwijaya Air Agus Sujono kepada ngopibareng.id.
Saya juga suka menunggu di lounge untuk menunggu pesawat terbang. Di tempat ini bisa makan dan minum sepuasnya. Juga tempat salat yang tidak terlalu ramai seperti yang tersedia di terminal umum.
Di sejumlah bandara menyediakan layanan ini. Sejumlah maskapai dengan layanan penuh juga punya lounge khusus. Fasilitas untuk penumpang first class dan business class. Setidaknya kita punya Garuda Mile atau kartu kredit yang menyediakan layanan lounge di bandara.
Kini Citilink punya layanan serupa. Disediakan untuk penumpang di klas tertentu. Saya sudah merasakan loungenya di Bandara Halim. Setelah saya membayar seat di baris bangku terdepan. Hanya menambah Rp 130 ribu dapat kursi terdepan dan lounge gratis.
Tak hanya itu. Saya baru tahu Citilink juga menyediakan minuman dan snack di atas pesawat untuk penumpang kelas ini. Wah... ini berarti layanan penuh untuk penumpang maskapai berbiaya murah alias LCC (Low Cost Carier).
Kalau ingin makan besar, di atas pesawat juga disediakan paket makanan. Membayar di atas pesawat. Pola ini memang yang dikembangkan di atas pesawat LCC. Tapi layanan lounge dan minum plus snack untuk penumpang baris depan, saya baru sekarang.
"Lounge Citilink di Halim sudah ada sejak beberapa bulan lalu Pak," kata cabin crew maskapai anak perusahaan Garuda ini.
Kini, selain pantun yang selalu muncul setiap pengumuman menjelang terbang dan mendarat, lounge-nya Citilink bisa ngangeni juga. (arif afandi)