Berdekat-dekat Allah Ta'ala, Ini Konsep Imam Al-Ghazali
Para juru dakwah kerap ada secara emosional menyampaikan pesan-pesan Islam dengan penuh semangat tapi mengabaikan tata krama sosial. Sehingga, di antara mereka ada yang sampai memperolok keyakinan orang lain.
Memang, ajakan ketakwaan menuju keimanan dan ketauhidan menjadi pesan Islam yang utama. Ketakwaan umat Islam kepada Sang Khaliq merupakan pusat orientasi menjaga keimanan dan ihsan.
Begitu pun, seorang hamba harus mengedepankan adab dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah bahkan mengibaratkan beradabnya hamba ketika mendekatkan diri pada Allah seperti seorang hamba yang hina saat berhadapan dengan sang raja.
Artinya ketika berupaya mendekatkan diri pada Allah dengan ketundukan, menyadari bahwa tidak ada daya dan upaya kecuali atas izin dan ridho Allah, menyadari kelemahan diri dan hanya Allah Yang Maha Agung.
Selain itu dalam mendekatkan diri pada Allah, kata Imam Al Ghazali harus bersungguh-sungguh dalam menjauhkan diri dari tempat-tempat yang dilarang Allah. Yakni tempat-tempat maksiat seperti tempat perjudian dan lainnya.
Serta dalam mendekatkan diri kepada Allah harus bersungguh-sungguh agar diri selalu ada atau hadir di setiap tempat-tempat yang diridhoi Allah untuk hamba yang berada di tempat itu.
Seperti majelis-majelis ilmu, masjid, mushala, dan lainnya.
فتأدب أيها المسكين ظاهرا وباطنا بين يدي الله تعالى تأدب العبد الذليل المذنب في حضرة الملك الجبار القهار. واجتهد ألا يراك مولاك حيث نهاك، ولا يفقدك حيث أمرك.
Maka beradablah engkau wahai orang miskin, baik secara zahir maupun batin di depan Allah ta'ala seperti beradabnya seorang hamba yang hina di hadapan sang raja yang perkasa yang memaksa. Dan bersungguh-sungguhlah agar Tuhan tidak melihatmu di tempat dia melarangmu, dan Tuhanmu tak kehilangan engkau di tempat yang engaku diperintahkan.
Namun demikian banyak orang kesulitan dalam hadir di tempat-tempat yang Allah perintahkan yakni tempat-tempat yang Allah ridhai tersebut.
Imam Al Ghazali memaparkan strategi agar seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah, dan senantiasa berada di tempat-tempat yang diridhoiNya. Strateginya adalah dengan semaksimal mungkin pandai membagi-bagi waktu. Hamba tersebut dapat mengatur waktunya dari bangun hingga tidur, kapan berada di majelis ilmu, kapan berada di masjid, kapan mendidik keluarga, kapan bekerja dan lainnya.
Selain itu Imam Al Ghazali menyebutkan agar dapat merutinkan dan menertibkan wirid keseharian. Misalnya membaca atau mengamalkan wirid tertentu ketika bangun, dan wirid lainnya ketika akan tidur.
Memperhatikan Perintah Allah Ta'ala
Selain itu hamba tersebut harus memperhatikan setiap apa yang menjadi perintah Allah baik itu yang fardhu-fardhu maupun yang sunah dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi.
ولن تقدر على ذلك إلا بأن توزع أوقاتك، وترتب أورادك من صباحك إلى مسائك. فاصغ إلى ما يلقى إليك من أوامر الله تعالى عليك من حين تستيقظ من منامك إلى وقت رجوعك إلى مضجعك.
Dan engaku tak akan mampu dengan itu semua kecuali dengan membagi waktu-waktumu. Dan engaku tertibkan wirid-wiridmu dari pagi sampai sore. Maka perhatikan apa-apa yang akan disampaikan padamu yakni perintah-perintah Allah atasmu dari kamu bangun dari tidurmu sampai kembali ke tempat tidurmu.
Demikian semoga bermanfaat. Wallahu'alam.