Berdayakan Panti Asuhan, Tanam Pisang Cavendish Berbuah Manis
Untuk menghidupi pantai asuhan, berbagai potensi umat bisa digali. Hal itu dilakukan Yayasan Sejahtera Indonesia Al Umah (Yasia), Kota Probolinggo.
Agar tidak hanya mengandalkan sumbangan dari para donatur untuk kebutuhan anak yatim piatu yang dibinanya, Yasia mencoba menekuni sektor agrobisnis. Yayasan dengan pantai asuhan di Jalan Prof. Dr. Hamka, Kelurahan Kareng Lor, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo itu mencoba membudidayakan pisang cavendish.
"Kami pun menggandeng berbagai pihak termasuk Roumah Wakaf untuk bertanam pisang cavendish," kata Ketua Yasia, Sanif.
Ditemui saat panen pisang cavendish pertama di Jalan Tambora, Kota Probolinggo, Kamis, 5 September 2024, pria paro baya itu terus menyungging senyuman. Maklum panen perdana pisang yang berasal dari Amerika Latin itu bisa dikatakan berhasil.
"Ini kebun pertama yang kami tanami pisang cavendish sejak 15 Desember 2023 lalu. Setelah delapan bulan 10 hari, bisa panen. Alhamdulillah hasilnya memuaskan," katanya.
Meski "hanya" 250 batang pisang, paling tidak panen kali ini membuktikan usaha keras Yasia tidak sia-sia. Yayasan yang membina sekitar 100 anak yatim piatu itu berencana memperluas kebun pisangnya di tempat lain.
"Kami sempat khawatir pisang gagal panen karena cuacanya kok panas. Alhamdulillah akhirnya berhasil panen," kata Manager Wakaf Produktif Roumah Wakaf, Edi Handoko.
Edi mengatakan, lembaganya sudah membina para petani pisang di sejumlah daerah di Jawa Timur. Mulai di Ngawi, Bojonegoro, hingga Probolinggo.
"Di Probolinggo kami bekerja sama dengan Al Umah (Yasia) Kota Probolinggo dengan 250 pohon pisang," katanya.
Kemudian di "tetangga" yakni, di Kabupaten Probolinggo dengan 700 batang pisang di Desa Sumbersuko dan 1.000 batang pisang di Desa Dringu. Di Dringu, Roumah Wakaf bekerja sama dengan Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
Edi menjelaskan, bertanam pisang Cavendish tidak sulit. Asal ada ketersediaan air (irigasi) tanaman ini bisa tumbuh subur.
Hal senada diungkapkan Kabid Rehabilitasi dan Perlindungan dan Jaminan Sosial, Dinsos Kota Probolinggo, Asep Suprapto Lelono. "Pisang cavendish lebih tahan dari (virus) pusarium dibandingkan pisang kepok," ujarnya.
Asep mengapreasi gebrakan Yasia yang mencoba mandiri melalui pertanian. Sebab masih banyak tanah produktif di Probolinggo yang belum dimanfaatkan.
Secara ekonomis, budidaya pisang Cavendish dinilai prospektif. Harga pisang yang biasa disebut pisang Ambon putih ini Rp20.000-30.000 per kilogram (kg) di toko online hingga di swalayan.
Sementara di tingkat petani, pisang cavendish dihargai sekitar Rp4.500-5.000 per kilogram. Sebatang pisang bisa menghasilkan 25-50 kilogram buah pisang segar.
"Permintaan pasar juga luar biasa besar," kata Edi. Di Jawa Timur saja, pisang yang rasanya legit dan empuk ini laris manis.
Di tiga kota di Jawa Timur yakni, Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo, Roumah Wakaf bisa memasok hingga dua kali dalam sepekan. "Sekali pasok dalam sehari bisa sampai empat ton buah pisang cavendish," katanya.
Belum lagi pasar ekspor ke Arab Saudi. "Tetapi kami belum mampu melayani pasar ekspor Arab Saudi, lha wong di dalam negeri saja pasarnya masih terbuka lebar," ujarnya.
Pisang cavendish di Arab Saudi dipasok dari Brazil hingga Thailand. Sebagian lagi dipasok dari dalam negeri Arab sendiri yakni, dari kawasan Thaif yang subur.
Melalui kemitraan dengan Roumah Wakaf, tidak ada alasan lagi pemilik lahan tidak mengetahui cara budi daya pisang cavendish. "Ini lahan saya yang mengelola Panti Asuhan Al Umah dan Roumah Wakaf," kata Taufik, warga Kelurahan Kademangan.
Sebenarnya pemilik lahan berhak mendapatkan bagi hasil 30 persen dari hasil panen. Tetapi demi anak-anak yatim, Taufik merelakan tidak mengambil bagi hasil tersebut.
Advertisement