Berburu ke Penjuru Negeri, Ini Koleksi Barang Kuno di Pameran CWS
Di salah satu sudut pameran tampak sebuah rak dan meja kayu dipenuhi beragam benda kuno. Ada yang terbuat dari besi, kayu, hingga kuningan. Disebut kuno pasalnya warnanya sedikit pudar dan terlihat tua. Tak hanya itu bentuknya pun jarang ditemui di zaman modern ini. Dua di antaranya patung khas daerah luar Jawa dan kepala kuda. Selain barang kuno, tampak pula benda yang lumayan kinclong. Misalnya saja vas bunga dari porcelain.
Duduk di kursi kayu jati dengan menyelonjorkan kedua kakinya, pria itu kelihatan sibuk. Dengan hati-hati dia mengelap guci putih biru mengkilap dengan kain putih. Matanya tampak sayu seolah tak mampu menahan kantuk.
Tak lama, secara perlahan dia lantas beranjak dari tempatnya duduk. Pria berbadan tegap itu lalu meletakkan guci itu di rak yang tak jauh dari kursinya. Setelahnya dia kembali ke tempatnya semula dengan menyandarkan badan. Adalah Rene Iwanto, salah satu peserta pameran barang antik di void atrium Ciputra World Surabaya.
Berbaju putih lengkap dengan gelang dan kalung manik-manik, bercelana jins dan bermasker biru Rene mempersilakan Ngopibareng.id untuk duduk di tempatnya. “Oh iya Mbak sila duduk, saya baru saja menata koleksi saya,” kata Rene dengan penuh kehangatan.
Kantuk di wajahnya seolah sirna berubah menjadi bungah. Rupanya ini kali pertamanya mengikuti pameran. Dipenuhi rasa syukur Rene mengaku senang lantaran bisa menempati salah satu stan. Dengan antusias, Rene memboyong ratusan koleksinya untuk dijualbelikan.
Koleksi termurahnya berupa gembok zaman Belanda yang dibanderol Rp50 ribu alis goban. Sedangkan paling mahal berupa tempat kinang dari Palembang seharga Rp7 juta. Tak heran, tempat kinang ini dibuat tahun 1919.
Langganan Bule
Sementara, sembari memposisikan duduknya, Rene mengisahkan awal mula dia tertarik pada barang antik. Rene mengingat, kecintaannya ini bermula pada tahun 1990 silam. Lantaran tak piawai mengendarai kendaraan roda empat, tetangga Rene yang berbisnis jual-beli barang antik meminta Rene mengantar para tamunya. Para tamu itu hendak mencari barang antik di Malang dan Surabaya. Tak tanggung-tanggung, tamu yang merupakan kolektor ini datang jauh-jauh dari luah negeri. Mulai dari Australia, Eropa hingga Amerika.
Diam-diam Rene mengamati barang apa saja yang diincar para kolektor asing itu. Setelah lama memperhatikan, Rene geleng-geleng kepala. Rene tak habis pikir tentang apa yang membuat bule itu kesemsem dengan barang yang menurutnya tak layak dibeli.
Tiga tahun berselang Rene memberanikan diri membeli satu demi satu barang antik. Salah satunya handle keris tua. Rene lalu menawarkannya kepada bule yang telah dikenalnya. Bak gayung bersambut, handle itu pun laku terjual dengan laba ratusan ribu. Mengetahui jumlah untung yang lumayan menggiurkan, lama kelamaan Rene ketagihan.
Berburu hingga Ambon
Rene pun semakin gencar berburu barang antik. Terlebih, seperti peribahasa sambil menyelam minum air, pekerjaan utamanya mendukung perburuan Rene. Rene yang bekerja sebagai pegawai di salah satu proyek fiber glasss dengan mudah mendapatkan barang antik hingga pelosok negeri.
“Saya awalnya iseng-iseng, lha kok khilaf dan keterusan. Beli barang antik itu candu. Saya pas ditugaskan ke mana gitu pasti hunting, semua daerah pasti ada barang antiknya. Kayak NTT, Kalimantan, paling jauh di Ambon,” katanya.
Pernah sekali waktu Rene secara tak sengaja menemukan harta karun saat singgah di Cirebon. Rene kala itu berjalan-jalan ke sekeliling tempatnya tinggal sementara. Dia kemudian menemukan topeng kuno yang menurutnya memiliki nyawa di salah satu rumah penduduk. Tak butuh waktu lama bagi Rene untuk segera membeli topeng itu. Berbekal insting yang kuat membawa Rene kepada keberuntungan.
Topeng tersebut adalah topeng peninggalan kerajaan keraton Cirebon yang langka. Meski topeng ini bisa dijual hingga ratusan juta, Rene memilih melepasnya ke kolektor asal Prancis. Rene pulang dengan mengantongi Rp75 juta. Uang ini kemudian dia putar untuk dibelikan barang antik yang lain.
Tak Jual Online
Di sisi lain, walau zaman sudah maju, Rene masih mempertahankan cara lama untuk memasarkan koleksinya. Rene tidak menjualnya secara online. Rene tak mau ribet. Baginya pembelinya harus jelas. Harus orang yang memang paham barang antik. Sehingga Rene menjualnya ke relasinya saja.
Sementara menyadari pergeseran tren peminat dan langkanya barang antik, Rene memilih berpindah haluan. Rene akhirnya juga menjual barang jadul. Yang menjadi pertimbangan adalah pemutaran ekonominya yang berjalan lancar.
“Saya dulu gak mau barang jadul, yang menurut saya usianya di atas tahun 1970-an. Tapi ini barang antik susah dicari, lakunya lama karena mahal. Saya lihat peluang jadul kok banyak yang minat, pemutaran uangnya bagus, laku terus. Akhirnya berpindah ke jadul,” tutup alumnus ITN Malang itu.
Bagi penyukai barang antik dan jadul jangan lupa berkunjung ke void atrium Ciputra World Surabaya. Tersedia berbagai barang kuno dari tahun 1900-an yang bisa dibeli. Pameran ini berlangsung hingga 4 April 2021.