Berbuka di Masjid Tua nan Keramat di Surabaya
Sore itu terik matahari begitu pekat di mata. Saya dan ribuan pengendara yang menyemut di jalanan mulai tidak sabar merasakan kemacetan. Tan, tin, tan, tin begitulah alunan musik yang menganggu gendang telinga ini di jalan.
Melipirlah saya di sekitar jalan Kembang Kuning. Tanpa bertujuan untuk mencari waria, saya memilih jalanan yang sepi sembari mencari ketenangan demi menghabiskan waktu menuju adzan maghrib dan berbuka. Ya saat itu waktu telah menunjukkan pukul setengah lima sore.
Namun seolah seperti mendapat berkah ramadhan, tiba-tiba hati ini terketuk untuk menunggu waktu berbuka di masjid. Berhentilah saya di Masjid Rahmat.
Masjid Rahmat, masjid yang mungkin sedikit terlupakan karena keberadaanya tidak semegah masjid-masjid besar lainnya di Surabaya. Secara lokasi sebenarnya tidak sulit menemukan masjid ini. Berada di kawasan dekat makam Kembang Kuning, masjid ini berdiri kokoh di sekitar pertigaan jalan.
Dari depan tampak gerbang sederhana namun kokoh menjadi pintu masuk bagi para jamaah disini. Masuklah saya sebagai para pencari Tuhan di sore itu.
Bangunan yang cukup megah dengan paduan kayu jati yang menjadi bingkai di pintu-pintu masjid membuat masjid ini terlihat seperti bangunan modern klasik. Konon masjid ini merupakan masjid pertama di Surabaya. Namun tidak ada penanda pasti yang menunjukkan sejak kapan masjid ini berdiri.
Masjid yang sudah ada sejak jaman Majapahit ini merupakan tempat pertama Raden Rahmat (Sunan Ampel) berdakwah. Awalnya sempat dinamai warga sekitar Langgar Tiban karena bangunan ini tiba-tiba ada di pagi hari. Namun masyarakat akhirnya menamai langgar ini dengan nama Langgar Tiban Rahmat karena mempercayai bahwa Raden Rahmat yang membangun.
Tampak corong pengeras suara yang sudah cukup tua berada di atas sudut kubah masjid. Mungkin tak banyak yang tahu, bahwa corong pengeras suara yang ada di masjid ini merupakan corong pertama yang mengumandangkan adzan maghrib untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya.
Benar sekali, sesaat menjelang Maghrib masjid ini tiba-tiba begitu penuh dengan manusia. Mungkin saja mereka sama dengan saya untuk menjadi orang pertama yang berbuka di Surabaya. Keren kan? Hehe
Tak lama ratusan takjil mulai menghiasi meja-meja di pelataran masjid. Dan benar saja tak lama tepat pukul 17.22 masjid ini sudah mengumandangkan adzannya. Begitu merdu suaranya dan begitu bahagia perut ini mengetahui sebentar lagi akan ada asupan nutrisi yang masuk ke dalamnya.
Dengan bermodal kurma dan teh hangat, takjil disini begitu nikmat, dengan masyarakat banyak yang membaur menjadi satu. Memang berbuka puasa di sini sebenarnya sama saja dengan tempat lain, namun memang ada keistimewaan perkara siapa dulu yang memulai adzan.
Tanpa mengucilkan masjid lain, nyatanya walau masjid ini tak semegah Masjid Akbar, namun antusias orang untuk menunggu waktu berbuka disini begitu tinggi.
Usai menyantap takjil, saya dan semua orang di sini bergegas untuk menunaikan shalat maghrib. Begitu sejuk hati ini menikmati buka puasa di masjid tertua di Surabaya. (faq)
Advertisement