Berbagi dengan Anak Yatim Lewat Pondok Ramadhan Wirausaha
Pondok Ramadhan biasa dikenal di sekolah dan pesantren. Namun Yayasan Al Madina Surabaya menggelar aktivitas Pondok Ramadhan bersama anak yatim dan berisi materi kewirausahaan.
Pengagas Kidspreuner Syarif Tayib mengaku sengaja menambah materi kewirausahaan dalam Pondok Ramadhan secara gratis selama tiga hari, terhitung sejak Jumat, 24 Mei sampai Minggu, 26 Mei 2019. Ia ingin membekali anak-anak yatim dengan kemampuan wirausaha.
"Alasannya sebetulnya meneladani kehidupan Rasullah. Muhammad bin Abdullah itu kan enterprenure sejak kecil, beliau ditinggal ayahnya dan ditinggal ibunya," kata Syarif, Sabtu 25 Mei 2019.
Alumni Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA) itu melihat anak yatim titisan nabi. Karenanya dirinya ingin membekali dengan kemampuan kewirausahaan dipadu akhlak yang baik.
Sebagai pengusaha muda, akhlak sangat penting untuk mengembangkan usaha. Bahkan ia juga menyampaikan tanggung jawab merupakan kunci dari suksesnya berwirausaha.
"Di sini diajarkan bisnis, nilai tentang kewirausahaan itu apa, kemudian kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, solidaritas, dan seterusnya. Itu intinya pengusaha," lanjut Syarif.
Pondok Ramadhan itu, lanjut Syarif, dikemas dalam empat materi. Hari pertama, pengisi materi adalah pemilik Baba Rafi Hendi Setiono. Pengusaha kebab kelahiran Surabaya itu memotivasi dengan kisahnya mengawali usaha kebab.
"Diharapkan mereka yang ikut nantinya tahu bahwa jadi pengusaha itu enak. Bahwa pengusaha bisa mengatur orang. Bahwa pengusaha tidak bergantung gaji. Kemudian mentoring pendampingan," ujar Syarif.
Yayasan Al Madina menggandeng Fakultas Bisnis Islam UINSA dalam hal ini. Satu kelompok dengan 7-10 orang didampingi satu pendamping. Ada komunikasi dua arah sebagaimana pentingnya kewirausahaan.
"Baru mereka diorganisir untuk bentuk tim solid yang bisa jualan. Kemudian menerapkan bagaimana memperoleh proses izin, kulakan, pengemasan hingga menghadapi calon pembeli," kata Syarif.
Setelah semua materi itu diberikan, selanjutnya yang tidak ketinggalan adalah berdoa. "Kami libatkan mahasiswa UINSA. Sehingga tema besar kita berdoa dan berwirausaha," ujar dia.
Tidak hanya materi yang didapat, Syarif memastikan ada sponsor yang akan memberikan mereka modal untuk usaha. Kelompok yang telah terbentuk tinggal memilih usaha apa yang akan dijalankan. Rata-rata sektor makanan dan minuman yang dipilih.
"Pastinya ada pedampingan. Tiga bulan pertama dievaluasi. Trus kemudian harapannya tiap liburan semester genap diberi pendampingan," ucap dia.
Selain itu, Syarif berharap mereka bisa selanjutnya memiliki bekal kemandirian. Agar tidak tergantung pada orang lain. (hrs)