Berawal dari Hobi, Pria di Mojokerto Kini Sukses Jadi Peternak Murai Batu
Berawal dari hobi, seorang pecinta burung di Mojokerto, Jawa Timur, menjadikan rumahnya sebagai tempat peternakan burung murai batu.
Budidaya burung murai batu selama 10 tahun, keuntungan yang diperoleh menggiurkan. Mulai dari Rp5 juta sampai puluhan juta per bulan.
Djavid, warga Dusun Kenongo Desa Watu Kenongo, Pungging, Mojokerto menyulap pekarangan belakang rumahnya yang berukuran 4x8 meter menjadi penangkaran burung murai batu.
Pria 31 tahun ini dibantu istri dan dua karyawannya. Ia berhasil membudidayakan beberapa jenis burung murai batu. Antara lain dari Medan, Lempuyang dan Aceh. Jenis ekor panjang juga ada di penangkaran miliknya.
Tidak tanggung-tanggung, anakan murai batu yang ditawar di pasaran pun bernilai fantastis, tergantung jenis dan usia burungnya.
"Mulai Rp 2,5 juta sampai Rp10 juta (per ekor), lihat dari kualitas indukannya," ujar Djavid, Jumat 25 Oktober 2024.
Saat ini, Djavid mempunyai sembilan indukan murai batu. Sepasang indukan bisa menetaskan dua sampai empat ekor. "Panennya setiap 25 hari sekali. Satu bulan bisa jual 3 sampai 5 ekor," tegasnya.
Rata-rata, pelanggan burung dari Djavid Bird Farm sendiri berasal dari luar daerah bahkan luar pulau Jawa, seperti Banjarmasin, Bali, Jakarta, dan Bandung.
"Kalau pemasaran lewat TikTok sama media sosial lainnya. Kita fokus jual anakan belum pernah jual indukannya," ujarnya.