Berawal Dari Hobi, Batik Dewi Saraswati Dikenal Masyarakat
Kecintaannya pada batik, serta niatnya untuk melestarikan batik warisan budaya khusunya Jawa Timur, membuat Putu Sulistiani terjun ke bisnis batik yang menjanjikan.
Putu pun menceritakan awal mula bisnisnya tersebut hingga sesukses sekarang. Berawal dari hobi menggambar serta melukis yang ia kuasai, serta rasa penasaran ketika melihat batik-batik cantik peninggalan sang ibu. Akhirnya Putu mencari tau dan belajar bagaimana proses pembuatan batik tersebut dan menekuninya.
“Saya kan hobi menggambar, melukis. Terus saya lihat ada batik peninggalan ibu masih bagus dan cantik-cantik. Nah dari situ saya penasaran bagaimana cara membuat batik,” ujar Putu.
Putu pun akhirnya belajar pada seorang guru yang ada di SMK Negeri 12 Surabaya. Tak hanya itu, ia juga melakukan studi banding ke tempat –tempat pembuatan batik yang ada di berbagai daerah.
“Saya belajar dengan guru yang ada di SMK Negeri 12 Surabaya. Nah setelahnya saya juga belajar ketempat-tempat lain hingga mengadakan studi banding ke daerah penghasil kain batik. Barulah saya membuat Batik Dewi Saraswati ini,” katanya.
Batik Dewi Saraswati Surabaya ini berdiri pada September 2004 dengan dua orang karyawan. Dengan modal Rp. 5 juta rupiah, Putu mengaku bisa menghasilkan 10 lembar kain batik.
“Awal buka dulu karyawan kita hanya dua orang saja. Tapi sekarang alhamdulillah sudah ada 45 karyawan. Terus untuk modal awal kita dulu hanya Rp. 5 jutaan saja. Dengan modal segitu bisa jadi 10 lembar kain batik,” ujar perempuan asal Bali ini.
Putu juga menjelaskan nama batiknya yang diberi nama Batik Dewi Saraswati. Menurutnya, Dewi Saraswati merupakan Dewi Ilmu Pengetahuan. Dimana dewi tersebut mempunya empat tangan, dimasing-masing tangan membawa simbol tersendiri yang membuat Putu menamai batiknya dengan nama tersebut.
“Dewi saraswati adalah dewi ilmu pengetahuan. Tangannya ada empat, masing-masing tangan memebawa sesuatu yang mengilhami saya untuk membawa brand tersebut. karena itu adalah lambang kesempurnaan wanita. Simbol dari keselaran, ilmu, harmoni, religius,” jelasnya.
Dengan batiknya tersebut, Putu ingin melestarikan batik agar anak-anak muda mengerti jika batik adalah warisan budaya bangsa Indonesia. Tak hanya itu, Putu juga ingin memperkenalkan produk-produk Jawa Timur, khusunya batik khas Jawa Timur.
“Saya ingin agar anak muda sekarang belajar melestarikan batik. Karena batik ini kan warisan budaya bangsa. Dan saya juga ingin memperkenalkan produk-produk Jawa Timur, terutama batiknya,” ujarnya.
Manfaat menjadi UKM binaan Semen Indonesia
Putu Sulistiani menceritakan awal mula UKM miliknya bergabung dengan PT. Semen Indonesia ketika Direkturnya Dwi Sucipto. Waktu itu, istri dari Dwi Sucipto hampir setiap minggu datang ke toko batik Dewi Saraswati. Putu bercerita jika istri Direktur PT. Semen Indonesia itu adalah seorang penggemar batik. Dari situlah Putu diajak bergabung untuk menjadi UKM binaan Semen Indonesia.
“Saya bergabung dengan PT. Semen Indonesia waktu direkturnya pak Dwi Sucipto. Nah, istrinya itukan penggemar batik, hampir tiap minggu beliau kesini untuk membeli batik koleksi terbaru. Beliau juga kan kolektor batik. Dari situlah, beliau menwarkan kepada saya untuk bergabung menjadi UKM binaan Semen Indonesia,” ujarnya.
Setelah menjadi UKM binaan PT. Semen Indonesia, Putu menjelaskan jika banyak sekali manfaat yang ia peroleh. Mulai dari bantuan dana hingga bantuan promosi yang diberikan PT. Semen Indonesia pada UKMnya tersebut.
“Ketika baru memulai usaha, tentu yang kita perlukan yaitu biaya dan promosi. Biaya yang kita dapatkan juga besar. Promosi dari Semen Indonesia ini sangat bermanfaat sekali bagi kami. Kami diajak pameran ke Jakarta dan mendapat fasilitas yang begitu lengkap, ujarnya.
Putu juga menambahkan, jika pameran di Jakarta merupakan impiannya untuk membawa Batik Dewi Saraswati ini lebih dikenal orang Indonesia. “Dimana, pameran di Jakarta itu merupakan impian kami,” tambahnya.
Kini, usaha Putu Sulistiana ini perbulannya bisa meraih omzet sebesar Rp. 200 juta-Rp. 300 juta rupiah. (amm)
Advertisement