Berani Tampil dan Siap Berdakwah, Pesan bagi Penghafal Al-Quran
Para penghafal Al-Quran (ahli Al-Qur’an) sewajarnya mau ‘keluar’ dan ikut berkontribusi dalam dunia dakwah.
Artinya, para penghafal Al-Qur’an harus berani memperkenalkan gelarnya sebagai seorang hafidz atau hafidzah. Sebab jika mereka malu untuk itu, maka ahlu zina juga ahlu maksiat lainnya akan maju dan tampil berbicara di masyarakat.
“Dengan mengatakan apa yang telah dihafalkannya, maka jangan malu menjadi pakar Al-Qur’an,” tutur Ustadz Abdul Somad dalam sebuah acara Al-Qosbah Zoom Akbar.
Juru dakwah asal Silo Lama, Asahan, Sumatera Utara itu pun mengajak para penghafal al-Qur’an agar tidak berdiam di dalam rumah saja. Namun mau mengamalkan dan berbagi ilmu Al-Qur’an yang telah dikuasai terlebih dengan memanfaatkan jejaring sosial yang ada.
Pentingnya Persatuan
Di tengah perhatian ratusan peserta, Abdul Somad berkata, “Persatuan penghafal Al-Qur’an, ahli qiroat, dan lainnya, musti bangga. Adapun masalah hati dijaga dengan istighfar, salat, dan dzikir.”
Kemudian ustadz yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan doktoral di Universitas Islam Omdurman, Sudan itu lantas menerangkan bahwa ilmu itu adalah cahaya dan ilmu tidak diberikan kepada pelaku maksiat. “Dan maksiat menggangu hafalan Al-Qur’an,” tambahnya.
Abdul Somad mengingatkan, barang siapa yang jauh dari Al-Quran, maka akan Allah SWT ikatkan dia dengan setan dan dia akan berteman dengan setan. Setan sifatnya bersembunyi ketika kita membaca Al-Qur’an, dan ketika kita selesai membacanya, maka ia akan keluar lagi untuk mengganggu kita.
Rahmat Allah SWT pun berhenti ketika kita jauh dari Al-Qur’an. Kita meminta rahmat dan ia akan turun kepada ahlu Al-Qur’an. Maka, lanjut Abdul Somad, negeri ini perlu di-Qurankan, diruqyah, agar setannya semua keluar. Dibutuhkan sinergi dari semua elemen untuk dapat berperan serta mewujudkan Indonesia yang Qur’aniy.
“Teruslah mencari sarana-sarana agar bisa istiqomah dengan Al-Qur’an.” Kita juga bisa mengikuti sekolah tahfiz Al-Qur’an.
Kemudian pesan untuk al-Qosbah, sebagai salah satu komunitas pecinta Al-Qur’an, sebaiknya juga dapat memfasilitasi umat dengan membuat pesantren zoom online yang menghadirkan para penghafal Al-Qur’an, majelis pagi, petang, siang, dan ada rapor, ada ijazahnya. “Karena orang semakin banyak dan kita fasilitasi dengan fasilitas modern,” tutur ustadz yang pernah menimba ilmu di Universitas Al-Azhar, Mesir tersebut
Advertisement