Berani Ngopi di Tanggal Tua?
Hari ini tanggal tua. Tuaaa betul. Betul-betul tua. Tanggal tua sak dunia malah. Semua orang dan dibelahan dunia manapun mengalaminya. Merasakannya. Hanya kelasnya saja yang berbeda. Kelas berat, kelas bulu, atau kelas ringan. Kelas lainnya? (ah mana saya tahu)
Hari ini tanggal tigapuluh satu (31). Coba cek kalender, sudah percaya kalau tanggal 31? Ah, keterlaluan kalau masih belum percaya. Atau, jangan-jangan uang gaji masih banyak sehingga tak terlalu peduli dengan tanggal yang betul-betul tua ini.
Sudah sejak lama kalender yang biasa nempel di dinding itu, aslinya, hanya mengenal dua penanggalan. :Tersebutlah tanggal tua dan tanggal muda. Tua dan muda ini sangat menentukan gaya. Gaya ngopi khususnya.
Tanggal muda, gaya ngopi hampir setiap orang suka berbeda. Betulll? Betul! Duduknya suka milih yang empuk. Ada pengharum ruangan yang ikut menggugah selera. Sueger AC terasa sampai menembus tulang. Asikkkk.
Coba simak sedikit. Tanggal muda, gaya ngopi hampir setiap orang suka berbeda. Betulll? Betul!
Duduknya suka milih yang empuk. Ada pengharum ruangan yang ikut menggugah selera. Sueger AC terasa sampai menembus tulang. Asikkkk. Lalu ngopi. Srupat-sruput. Ngopinya pakai bareng pula. Ngopibareng namanya. Rekening habis 600 ribu, atau bahkan lebih, oke sajah. Tak masalah.
Lain hari, tanggal muda agak bergeser ke tengah, kursi empuk, wangi-wangi ruangan ber-AC pelan-pelan ditinggalkan. Lalu carinya kopi alternatif. Harganya cukup ringan, tapi punya kelas yang oke. Itu kopi yang seduhnya pakai ditimbang-timbang. Kopi yang pakai disruput-sruput dengan suara keras. Sembari ngopi berdiskusi ngalor ngidul ngetan ngulon sampai lelah. Sampai kopi hanya terasa pahit.
Tak terasa, tanggal berlari cepat. Menuju tua. Waktu pun mulai terasa pahit. Sepahit empedu yang pecah di lagu-lagu sendu mengiris hati. Ngopi ke tempat kursi empuk dengan dingin AC menembus tulang makin tak berani. Ke tempat ngopi gaya indie, ngopi disrupat-sruput, ngopi digiling dulu sebelum diseduh juga jadi sungkan. Sebab hanya sering nyoba-nyoba melulu tapi selalu lupa untuk memesan sendiri varian kopi yang dipilih untuk dinikmati.
Apa boleh buat. Pilihan kopinya adalah/akhirnya adalah/ngopinya adalah kopi sembarang. Ngopi yang murah betul. Kalau perlu yang semurah murahnya. Semurah dan setipis dom vet. Aslinya mungkin juga tidak doyan. Tapi mau bagaimana lagi. Tidak diminum rugi, mau duduk berlama-lama juga lumayan gengsi.
Ya elahhh, trus piye? Terus yok opo? Resep paling jitu adalah, tanggalkan gengsi. Berani ngopi-lah walau tanggal tua. Ngopibareng juga tak apa-apa. Selesai ngopi bilang saja sama penyeduh kopinya: mas brow besok aku kembali ya. Sementara rekening biarkan berjalan dolo, seng apa-apa. Semua-semua sudah pasti beres di tanggal 1. Tahu to tanggal satu? Itu tanggal paling membahagiakan orang seluruh dunia. Oke yok brow beta jalan dulu e. Dado…
Nah, selesai kan? Masih takut ngopi di tanggal tua? Kalau masih gak berani, pergilah ke pos Hansip, pinjam kenthes-nya atau bawa Pak Hansipnya sekalian agat tak ditanya KTP. (widikamidi)