Berakhir Damai, Kasus ‘Penelantaran’ Jemaah Umrah
Sempat mengancam hendak melaporkan dugaan penelantaran jemaah umrah ke Polresta, Badrus Sholeh, 28 tahun, warga Desa Ambulu, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo akhirnya mengurungkan niatnya.
Pihak keluarga dan biro travel umrah, Majelis Dakwah Mekkah Madinah (Madamm), Sidoarjo bersepakat damai.
"Saya minta maaf, kemarin emosional dan di luar kontrol demi mendengar kedua orang tua saya, juga adik saya ditelantarkan bersama jemaah umrah dari Kabupaten Probolinggo,” ujar Badrus Sholeh, Jumat malam, 17 Mei 2019.
Seperti diketahui, kedua orang tua Badrus yakni, Hartono dan Fatimah, juga adiknya, Ahmad Thoriq bersamaa puluhan jemaah umrah lainnya sempat ditelantarkan di Madinah.
“Sudah selesai secara kekeluargaan. Bahkan adik saya, Thoriq sudah pulang ke Ambulu, Kamis kemarin. Sementara kedua orangtua saya yang segera pulang ke Indonesia,” ujar Badrus.
Badrus pun mengaku, sudah berkomunikasi dengan Sholehah Madjid dari pihak Madamm, Sidorajo. “Hanya salah paham, semua sudah klir,” katanya.
Hal senada diungkapkan Sholeha yang memberangkatkan 32 jemaah asal Kabupaten Probolinggo. Ia mengaku, sedikit lega karena sudah ada jalan untuk memulangkan semua jemaah ke Tanah Air secara bertahap.
“Kami akui kemarin ada keterlambatan sedikit dan semuanya juga sudah dijadwalkan pulang," ucapnya lewat sambungan selular.
Seperti diketahui 32 jemaah umrah asal Kabupaten Probolinggo yang sebagian besar (16 jemaah) dari Desa Ambulu melalui Badrus sempat mengaku, ditelantarkan di Madinah. Indikasinya, mereka tidak mendapat jatah hotel (penginapan).
Mereka akhirnya ditampung di sebuah penginapan oleh sebuah biro travel umrah asal Medan. Itu pun mereka harus membayar sendiri.
Sekadar informasi, 32 jemaah ini berangkat melalui Madamm, Sidorajo. Sebagian jemaah membayar tunai Rp 22,5 juta untuk biaya umrah selama 9 hari, sebagian hanya membayar uang muka (DP) Rp 6,5 juta.
“Atas desakan jemaah, meski hanya membayar Rp 6,5 juta semua jemaah diberangkatkan umrah,” ujar Sholehah. Akhirnya pihak travel yang harus menalangani kekurangan dana.
Dari Probolinggo, para jemaah berangkat bersamaan 2 Mei lalu. Namun, menjelang “terbang” mereka dibagi menjadi dua kloter.
Kloter pertama 14 orang berangkat tanggal 2 Mei dan kloter dua ada 18 orang berangkat tanggal 6 Mei. Pihak travel beralasan, kehabisan tiket begitu juga pulang mereka mengalami keterlambatan sesuai yang dijanjikan. (isa)