Bentuk Kepemimpinan yang Melintas, Perbaikan Logika Berpikir
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengajak untuk melakukan perbaikan mendasar tentang logika berpikir. Sebab, seringnya terjadi kekisruhan baik dalam segi mikro maupun kebangsaan diakibatkan rusaknya logika berpikir.
Haedar berharap perbaikan logika berpikir tersebut menjadikan mahasiswa dan manusia secara umum mampu memiliki kerangka berpikir yang ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang interkoneksi.
Sementara itu, menyinggung terkait dengan kepemimpinan, Haedar menyebut, bahwa pemimpin berperan seperti jantung dalam tubuh manusia. Sebagaimana yang ia kutip dari Andrew Tani, ketika jantung itu berhenti berdetak maka tubuh itu menjadi mati.
Ungkapan tersebut menunjukkan betapa pentingnya sebuah kepemimpinan baik di level lokal, regional, nasional, bahkan level global. Menurutnya, pemimpin selalu terkorelasi dalam tiga aspek, pertama aspek aktor atau subyek yang bertindak.
“Pemimpin di mana pun tidak hanya menunjukkan posisi dan simbol, tapi dia harus menjadi subjek yang bertindak memimpin tentu saja, yang berbeda dengan tindakan orang awam,” tuturnya.
Tindakan Elite dan Awam
Perbedaan tindakan antara elite dengan awam menurutnya, elite atas tindakan yang dilakukan berdasar pada alam pikiran. Karena setiap aktor bertindak dengan makna, dengan sesuatu yang berarti. Namun demikian, yang paling sulit ditebak adalah makna dan arti di setiap tindakan.
Aspek kedua adalah value atau nilai, menurutnya, nilai dalam hidup terindikasi sekurangnya pada dua hal yakni di worldview (pandangan hidup), dan behaviour (kebiasaan). Mengutip Max Weber, Haedar menyebut setidaknya ada 4 tipe tindakan meliputi tindakan tradisional, efektif, instrumental, dan rasionalitas nilai.
“Ada juga tindakan yang bersifat afeksi yang menyangkut rasa. Manusia siapa pun dia, baik elite maupun masa selalu punya aspek irfani — aspek rasa. Pemimpin kenapa tidak boleh sewenang-wenang karena dia memimpin manusia, bukan memimpin barang mati,” ungkapnya, dilansir situs resmi muhammadiyah.or.id.
Aspek ketiga adalah sistem sebagai komponen yang dibangun dalam struktur tertentu, termasuk sistem dalam negara memiliki prasyarat sehingga menjadi sebuah sistem.
Menurut Haedar, setiap pemimpin selalu mengalami tarik-menarik pada tiga aspek tersebut, sehingga pemimpin harus bisa menjadi beyond atau melintas di antara nilai-nilai itu. Oleh karena dibutuhkan berpikir, merasa, dan bertindak bagi manusia sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan.
Haedar Nashir mengungkapkan hal itu, pada acara Kuliah Umum AIK Program Pascasarjana UMY, 22 September 2021.