Benny Dollo Wafat, Ini Sepak Terjang Pelatih Si Tangan Besi
Sepak bola nasional dirundung duka setelah kabar mantan pelatih timnas Indonesia Benny Selvianus Dollo telah wafat dalam usia 72 tahun pada Rabu, 1 Februari 2023.
Meski tidak pernah memberi trofi bergengsi untuk "skuad garuda", dia telah mengorbitkan sederet nama pemain bintang, mulai dari Ilham Jayakesuma, Firman Utina, Ponaryo Astaman, hingga Ferry Rotinsulu.
Firman Utina menjadi orang pertama yang mengabarkan kepergian pelatih yang akrab disapa dengan akronim namanya, "Bendol", itu ke publik. Melalui instagramnya, Firman mengucapkan "Selamat jalan om Benny Dollo" melengkapi foto mereka bersama piala Copa Dji Sam Soe 2006.
Kala itu, mereka yang membela Arema berhasil menjuarai Copa Dji Sam Soe 2006 untuk kedua kalinya secara beruntun setelah mengalahkan Persipura Jayapura dengan skor 2-0.
Pertandingan final itu digelar di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur pada 16 September 2006. Gol Arema dicetak oleh Arie Budi Prasetyo dan Anthony Jomah Ballah. Klub berjuluk "Singo Edan" itu juga pernah dibawanya menjuarai Divisi Satu 2004.
"Sosok lelaki satu ini sangat berjasa di dunia persepakbolaan Indonesia. Bukan hanya itu, sosok ini juga berjasa bagi karier saya sebagai pesepak bola," kata Firman saat memberikan penghargaan "Prestasi Seumur Hidup" dari Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) pada 2020 silam.
Firman adalah salah satu pemain yang selalu ikut ke manapun Bendol melatih. Mulai dari Persma Manado, Persita Tangerang, Arema, Persija Jakarta, hingga Sriwijaya FC, termasuk di timnas Indonesia. Tidak heran jika Firman sangat terpukul dengan berpulangnya sosok yang mendidiknya selama ini.
"Suatu hari saya kecewa karena jarang diberikan apresiasi, Om Benny selalu mengatakan bahwa kamu bisa menunjukkan permainan berkualitas, tetapi jangan pikir kamu yang terbaik. Ini pelatih yang keras, tegas, dan sangat disiplin. Sosok ini selalu menepuk bahu pemain yang menandakan pemain itu bermain bagus saat itu. Itu membuat kami tidak cepat berpuas diri," ucap Firman.
Sebelum Arema, Pelita Jaya juga pernah menjadi tim yang menakutkan di kepemimpinan Benny. Tercatat Pelita Jaya berhasil menjadi runner-up Galatama dan Piala Galatama pada 1987 dan 1988, juara Galatama pada 1989, 1990, dan 1993. Setelah itu Persita Tangerang juga pernah dibawanya menjadi runner-up Liga Indonesia 2002.
Rentetan prestasi ini membuat Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) memanggil dirinya untuk mengabdi di timnas Indonesia. Dia dipercaya mengarsiteki timnas sebanyak tiga kali, yakni pada 2000-2001 dan 2008-2010, serta pada 2015 walau hanya sebagai pelatih sementara setelah ditinggal Alfred Riedl.
Benny dikenal sebagai pelatih yang tegas dan berani. Saat masih menjadi pelatih timnas, dia tak segan mengkritik kepengurusan PSSI yang dianggapnya tidak mengerti sepak bola.
"SDM yang ada di PSSI seharusnya adalah orang yang mumpuni, yang benar-benar mengerti persepakbolaan," ujar Benny jelang melawan Australia di kualifikasi Piala Asia 2011.
Saat itu, Benny merasa Badan Tim Nasional PSSI tidak serius mendukung timnas karena jarang membiayainya untuk mencari dan memantau perkembangan pemain di kompetisi yang merupakan tugas penting pelatih timnas. Dia mengaku, sering bepergian ke Bandung dengan mobil sendiri untuk mengatasi masalah ini.
Meski hanya mampu membawa menjuarai Piala Kemerdekaan 2008 karena Libya mengundurkan diri pada laga final, Benny tetaplah sosok yang berjasa besar bagi sepak bola nasional. Hingga sekarang, ini adalah piala terakhir yang pernah diraih timnas Indonesia.
Sejumlah klub besar juga pernah menggunakan jasanya seperti Persija Jakarta (2009-2010, 2013-2014), Mitra Kukar (2010-2011), hingga terakhir Sriwijaya FC (2014-2016).
Pria kelahiran Manado, 22 September 1950 itu sudah merasakan sakit sejak melatih Sriwijaya FC. Dia diketahui mengalami tumor usus dan telah mendapatkan perawatan intensif sejak Juli 2020 di Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang Selatan.
Berat badannya menurun drastis dan diperparah dengan sempat terpapar Covid-19. Kondisi fisiknya semakin menurun dan sering sesak nafas. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka di Pamulang, Tangerang Selatan.
"Coach Bendol seumur hidupnya hanya mengabdi pada sepak bola, sudah banyak pemain yang berhasil ia orbitkan dan menjadi tulang punggung Timnas Indonesia. Terima kasih atas pengabdiannya dan beristirahatlah dengan tenang," kata Ketua PSSI, Mohamad Iriawan di akun Instagram pribadinya.